Gambar: Dokumentasi saat penelitian Tesis di Lanny Jaya, Papua
Menurut KKBI, berburu berarti bersama-sama mengejar, berlarian mengejar. Sejenak saya teringat masa kecil saya pada 15 tahun yang lalu saat bapak saya bersama teman-teman berburu babi hutan di Perkebunan teh di kampung. Untuk mengkap seekor Babi Hutan ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh pemburu. Salah satunya adalah kemampuan untuk melihat kondisi sekeliling, apakah ada jejak kaki binatang yang hendak diburu atau tidak. Kalau belum dapat jejak, berarti harus mencari tempat yang lain. Intinya butuh kepekaan dan ketekunan.
Namun kali ini kita akan berbicara tentang “berburu ilmu”. Berburu tadi sudah dijelaskan di atas. Sekarang ilmu. Menurut KKBI, ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang itu (pengetahuan) itu.
Bila digabung, berburu ilmu berarti berlari mengejar pengetahuan supaya lebih cakap pada bidang yang digeluti. Bagiku ilmu adalah sebuah warisan yang sangat berharga. Keberhargaannya tidak dapat dinilai dengan harta. Sehingga sangat penting untuk terus dikembangkan.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Depelopment) melalui tes PISA meriliskan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 69 dari 76 negara. Menjelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berarti negeri kita memasuki kategori “10 besar” dari rendahnya kualitas pendidikan dunia.
Saya pikir inilah yang menjadi latang belakang sebagian anak negeri rindu melanjutkan pendidikan di luar negeri. Menurut organisasi Ikatan Konsultan Pendidikan Internasional Indonesia, terdapat 50.000 pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri pada tahun 2012 dengan tren pentumbuhan sekira 20 persen setiap tahu. Pada tahun 2013, jumlah pelajar Indonesia di Australia sekira 13.000 orang.
Sebagai seorang warga Indonesia, saya sangat mengappresiasi anak-anak negeri yang telah berburu ilmu di luar negeri atau bahkan yang sedang bermimpi untuk kuliah di luar negeri. Mengingat, untuk ke luar negeri bukanlah hal yang begitu mudah. Kekontrasan pendidikan di negeri kita dengan pendidikan luar negeri tentunya membuat mereka harus lebih ekstra lagi untuk menyesuaikan diri di sana.
Dan bukan hanya itu, mereka juga harus pandai bergaul warga Negara tersebut dengan latar belakang, kebudayaan, agama yang berbeda, dan berbagai asal negara. Untuk bergaul dengan mereka tentunya butuh percaya diri. Nah, inilah juga yang membuat lulusan luar negeri lebih unggul. Mereka bukan hanya saja memperoleh wawasan yang luas namun juga pengalaman hidup yang tidak ternilai.
Setahun yang lalu ketika saya masih mengajar di Kabupaten Lanny Jaya, senioran saya sewaktu kuliah di UNIMED, Sumatera Utara melakukan penelitian terkait tesis untuk memperoleh gelar magisternya. Beliau kuliah di National Dong Hwa University Jurusan Departemen Curriculum Design and Human Potential Development.
Wah, beliau adalah seseorang yang sangat menginspirasi. Saya senang berdialog dengannya. Beliau adalah seorang wanita yang mempunyai mimpi yang luar biasa untuk anak-anak di Pedalaman Negeri. Beliau mengatakan rindu “melayani” anak-anak di Pedalaman Papua ini setelah selesai nantinya dari pendidikannya.
Beliau banyak berbagi tentang pengalamannya berburu ilmu di Negeri orang (Taiwan). Belajar keras adalah prioritas keseharian di sana. Untuk menambah uang saku dan sekaligus mengisi waktu kosong saat linur, beliau mempergunakan waktu tersebut untuk bekerja di Cafe dengan menaiki sepeda mungilnya.