Lihat ke Halaman Asli

Konsep Indonesia vs AS & Australia

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk memahami Konsep Indonesia, kita perlu membandingkannya dengan konsep lain. Disini kita membandingkan dengan Konsep AS dan Australia, negara imigran terkemuka di dunia. AS berhasil menjadi negara superpower, bangsa yang paling utama di dunia.

Persatuan Negara-negara Amerika (USA / AS)


Konsep AS adalah sebuah kepercayaan bahwa Allah menetapkan para imigran ber-imigrasi ke Amerika, menaklukkan penduduk setempat, menguasai negeri itu, melakukan ekspansi teritorial, dan memperjuangkan kebebasan individu, sehingga membentuk bangsa yang besar, sebagai puncak peradaban dunia. Penaklukan itu begitu dalamnya, sedemikian sehingga masyarakat asli AS saat ini sama sekali hilang rasa kepemilikannya atas tanah airnya, dan kalaupun masih ada rasa kepemilikan, sudah lenyap keingginan untuk menjadi bangsa Indian. Yang lahir dari proses ini adalah satu bangsa Amerika Serikat.

Sebagai pembenaran dari proses kejam tersebut, AS membahasakannya sebagai bangsa imigran. Untuk itu AS mempertahankan kewajibannya untuk menerima imigran dari seluruh dunia.

Sebagai peradaban utama dunia, AS merasa berkewajiban untuk menyebarkan nilai-nilai peradabannya ke seluruh dunia, yaitu nilai-nilai demokrasi AS, dan hak azasi manusia AS, serta dominasi ekonomi dan militer AS.

AS, sebagaimana Indonesia, pada awalnya adalah negara yang religius. Namun di masa kini, konsep ke-tuhan-an AS yang kurang tertanam baik pada konstitusi dan perundangannya, akhirnya tergerus setelah 300 tahun. Walaupun masih belum hilang seperti di negara-negara eropa, namun arah budaya AS mulai mengarah pada sekularisme atheis. Nilai ketuhanan Indonesia tertanam kuat pada idiologi bangsa, sehingga diharapkan dapat dipertahankan ratusan tahun kedepan.

Persemakmuran Australia (Australia)


Konsep Australia tidak jauh berbeda daripada AS. Sedikit lebih buruk, banyak rakyat Australia adalah buangan dari Inggris. Pengaruh multi etnis eropa kurang terasa di Australia, karena kebanyakan terbentuk oleh mayoritas masyarakat kolonial Inggris.

Untuk dapat mencapai kemakmurannya, Australia harus menghancurkan masyarakat aborigin. Penurunan populasi aborigin membawa peradaban putih Australia kepada kejayaan sebagai koloni Inggris. Bagi Australia, tidak ada pilihan lain. Kebijakan tersebut memang harus mereka lakukan demi kelangsungan suatu bangsa yang baru: bangsa Australia. Dan Australia berhasil menjadi bangsa yang makmur, aman, damai dan sejahtera.

Kini hantu masa lalu datang kembali: gelombang imigrasi berikutnya adalah masyarakat Afghanistan, Iran, Iraq, dan rakyat Timur Tengah lain. Disini dilema dihadapi oleh Australia. Mempertahankan konsep negara imigran akan menghilangkan dominasi suku anglo saxon. Mengancam timbulnya perbedaan budaya yang dapat meruntuhkan peradaban putih Australia.

Kesamaan praktek Australia, dan AS ini membuat bangsa-bangsa tersebut kesulitan memahami Indonesia: suatu bangsa multi-ras, multi-suku yang tidak lahir dari penaklukan etnis, melainkan dari suku-suku bangsa asli yang bergandengan tangan dan sepakat untuk menjadi satu bangsa. Hal ini ditunjukkan dari pandangan banyak analis AS dan Australia tentang Indonesia, antara lain pada masa Timor-Timur masih dalam pangkuan Republik. Pandangan mereka umumnya melihat Indonesia seperti AS dan Australia pada masa lalu. Mereka kesulitan melihat konsep Indonesia yang berbeda, yang lebih mulia dibandingkan konsep kebangsaan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline