Lihat ke Halaman Asli

Pende Lengo

Mahasiswi Psikologi UNG

Lilin yang Terakhir Padam

Diperbarui: 4 Maret 2024   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lilin udah dinyalakan. Api menari dibiarkan. Kecil memang kelihatan. Tapi besar dengan kenangan.

Bertukar raga denganmu adalah hal konyol. Bertukar jiwa apalagi, itu mustahil. Bertukar takdir hanya menambah yang batil. Tapi bertukar cerita bergambar di temaramnya cahaya lilin denganmu lebih menyenangkan dari adanya ponsel. 

Di setiap Jum'at sore adanya bertukar buku alih alih mendengarkan materi. Menuangkan segala yang tampak random tak henti. Menyambungkan dengan materi sembari waktu menghabisi. Dan tersenyum kagum pada visual cerita masing-masing tanda kelas selesai.

Ketegasan yang membumi. Kejujuran yang menghiasi. Keberanian yang menguasai. Ketulusan yang senantiasa membersamai.

Tak banyak memang harapan. Hanya ingin lilin itu jadi yang terakhir padam. Agar kita bisa memenuhi lembar gambaran. Lantas mewariskannya pada generasi peradaban.

Gorontalo, 3 Maret 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline