Lihat ke Halaman Asli

Pende Lengo

Mahasiswi Psikologi UNG

Film Religi Pertamaku adalah Hafalan Shalat Delisa

Diperbarui: 5 April 2023   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster film Hafalan Shalat Delisa. Sumber Hotstar.com

Kali ini untuk tantangan sambar thr Kompasiana hari ke 5, adalah film religi. Rasanya banyak sekali film religi yang aku tonton seumur hidup, hanya saja tak ada yang bisa kujelaskan secara detail tentang makna maupun hikmah yang terkandung di dalamnya. Intinya semua film itu pasti mengajarkan tentang kebaikan dan adanya nilai nilai ketuhanan dalam setiap ranah kehidupan.

Untuk menyambung tantangan kali ini, aku mengambil film religi yang dengan judulnya "Hafalan Shalat Delisa". Film ini adalah film religi yang kalau tidak salah pertama kali kutonton seumur hidup. Kala itu aku masih kelas 4 SD. Dan saat melihat film ini di tv tabung kesayangan dulu rasanya hatiku seperti sangat sedih. Membayangkan musibah besar yang melanda masyarakat Aceh tahun 2004 silam. 

Film ini diadaptasi dari novel Tere Liye dengan judul yang sama. Berkisah tentang Delisa, gadis bungsu dari empat bersaudara yang nama saudaranya yakni Aisyah, Zahra dan Fatimah. Keempat bersaudara ini dibesarkan oleh uminya yang baik hati, penyabar dan dengan didikan yang baik. Kemudian abinya adalah seorang pegawai di perusahaan internasional. 

Konflik besar pun tak lama langsung menyambut film. Tsunami besar menghantam Aceh, tempat di mana Delisa tinggal. Kala itu Delisa sedang mengikuti ujian praktek shalat di madrasahnya. Tak tanggung tanggung jika Delisa berhasil menghafalkan bacaan shalat itu dengan baik, maka umi akan menghadiahi kalung sangat indah berbuah huruf D padanya, yang tentu hal tersebut membuat salah satu saudaranya iri.

Ketika tsunami besar menghantam Aceh, Delisa tampak begitu khusyuk dalam shalatnya. Hingga akhirnya dia tenggelam dan terseret derasnya ombak tsunami dan ditemukan oleh salah satu relawan asing. 

Dalam peristiwa ini, uminya tidak ditemukan lagi, dan ketiga saudara Delisa lainnya juga sudah duluan dipanggil oleh Allah. Namun Delisa selamat, dirinya ditemukan terkapar dengan kondisi yang mengenaskan.

Tidak hanya kehilangan umi dan ketiga saudarinya, Delisa juga kehilangan salah satu kakinya akibat terluka parah sehingga harus diamputasi. 

Ketika mendengar berita tentang tsunami besar yang menghantam tempat tinggalnya, abinya langsung pulang dengan perasaan duka yang begitu dalam. Khawatir dan cemas atas keselamatan istri dan anak-anaknya. Abinya harus menelan pil pahit kenyataan bahwa istri dan ketiga anak yang dia sayangi telah dipanggil ke pangkuan Ilahi.

Hari hari setelahnya harus Delisa jalani berdua dengan abinya, sambil terus mengiklaskan kepergian umi dan ketiga saudaranya. Delisa terus berusaha untuk bisa menghafalkan bacaan shalat dengan baik meskipun tanpa hadiah kalung yang sangat indah. Delisa akhirnya paham jikalau dirinya bisa menghafalkan bacaan doa shalat nanti dia bisa terus beribadah sebagai bukti kecintaannya pada Allah dan juga bisa selalu mendoakan umi dan ketiga saudaranya. 

Film ini mengajarkan tentang bagaimana menerima kenyataan dengan ikhlas dan senantiasa berlapang dada. Tetap optimis dan semangat dalam menjalani kehidupan meski telah dihantam dengan kerasnya akan luka kepedihan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline