Lihat ke Halaman Asli

Untuk'ku R Bw (Memahatmu dalam Kenangku yang Belum Berlalu)

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

aku mencatatnya dengan memahatnya pada dinding batu cadas penantian kalau pun lumut tumbuh menutupi janji itu sesudah hujan sepekan atau terkelupas dan lapuk lusuh oleh panas terik yang menerpa bebatuan itu dia tak pernah hilang dari peristiwa dan pengingat waktu jika keindahan itu dilukis sebagai kelembutan, maka kesungguhan itu dipahat sebagai kekerasan menggores malampaui batas pahat tanpa menghancurkan karena ia dilindungi tangan pemahat yang lahir dari jiwa bebatuan penjaga zaman yang lebh setia dari manusia penantian itu menjadi lain jika yang datang berdandan melampaui yang alami bahkan bertukar raga dan jiwa dalam permainan tirai panggung tertatap penantian itu menjadi kehidupan jika perjumpaan di tahun mendatang adalah pembuahan benih yang matang bukan benih pengganti yang gagap berlalu di atas tikar kesahajaan untuk duduk dan menuang kata seperti benih turun ke dalam tanah menumbuhkan akar menaikkan tunas karena dia tak biasa dan tak bisa jika itu kisa akhir penantian dan awal pertemuan maka padang ilalang pun mengering menghalau senyum gembala sapi dan kambing yang setia menatap langit memohon hujan dalam terik membakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline