Lihat ke Halaman Asli

Masih Tega Bilang Tenun itu Mahal?

Diperbarui: 28 Agustus 2015   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta butuh pembuktian. Kalau cuma di bibir, itu namanya gombal. Konteks itu berlaku juga untuk cinta kain tenun. Mungkin tenun kini sedang naik daun, sedang merah-merahnya. Mulai menyedot perhatian seperti batik. Tapi cinta dengan kain tenun itu tidak hanya sekedar ikut-ikutan tren dan manis di bibir saja loh sobat pencinta tenun.

Cinta pada tenun bisa dengan cara pandai untuk mengapresiasinya. Bukan hanya sebatas konteks jual beli lalu putuslah segala urusan. Lo jual, gue beli, end. Sebab jangan lupa, tenun itu produk warisan budaya. Tiap jenis kain tenun di Indonesia punya corak dan filosofi motif yang beragam. Dan kita sebagai generasi yang masih hidup di bumi pertiwi ini otomatis jadi pewaris kekayaan nenek moyang kita dari jaman baheula itu.

Harapannya, kalau bisa hargailah itu kain tenun. Kalau mengaku cinta padanya, ya Apresiasilah dengan tulus. Konkret nya mungkin seperti ini. Pertama ya jangan pakai tenun palsu alias tenun print yang sekarang banyak beredar. Kedua, Jangan terlalu berharap harga tenun yang sangat murah. Kalau perlu, jangan ada lagi kata "kog mahal banget sih? padahal ya cuma selembar kain dari benang biasa". Apalagi sampai muncul diksi satir, "apaan tenun? Ah kuno itu". Hmm (jadi ngelus dada) saya kira yang ngomong seperti itu hanyalah orang yang tak tahu menahu soal kain tenun. Yang cintanya hanya sebatas di bibir, without chemistry and love feeling.

Tapi saya yakin, kalau sudah tahu seluk beluk tenun, paling enggak mulai dari proses pembuatannya dari awal sampai akhir yang super ribet, pasti nanti bakal tahu kalau tenun itu memang layak tidak dihargai terlalu murah. Terlebih lagi menghargai tenun itu sama seperti menghargai kerja keras dari Penenun. (saya sih suka kata penenun daripada pengrajin tenun). Penenun itu representasi dari seniman. Karena tidak sembarang orang bisa menenun hingga jadi sebuah artwork yang bagus. Belum lagi kalian harus tahu, mostly penenun di Indonesia itu pekerja upahan. Asal tau saja selembar kain tenun rangrang ukuran 2x0,6 meter dari Pulau Nusa Penida kabupaten Klungkung Bali paling cepat dikerjakan dalam waktu dua minggu dengan alat tenun tradisional. Jadi asumsi kasar sebulan penenun hanya bisa bikin dua lembar kain saja. Selembar kain itu dihargai sekitar Rp 300 ribu di pasaran. Jadi satu bulan si penenun hanya mendapat penghasilan 600 ribu, worth it kah? Tentu tidak.

Eits tunggu dulu, itu kan asumsinya kalau penenun bikin dan jual sendiri karyanya. inget apa yang saya katakan tadi, mostly Penenun adalah pekerja upahan yang ikut juragannya. Jadi mereka diberi upah sesuai apa yang mereka setorkan. Jadi pasti nominal nya jauh dari bilangan yang tadi admin uraikan. Jadi masih tega bilang tenun itu mahal?

 

Aneka tas tenun handmade asli mampir ke www.boyanesebags.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline