Lihat ke Halaman Asli

Zulkarnain Nggiu

Pengangguran

Sarana dan Tujuan untuk Kamu yang Gila Jabatan

Diperbarui: 29 Juni 2024   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aristoteles menegaskan dalam ajarannya bahwa keberadaan sesuatu hal termasuk manusia itu sendiri memerlukan sebuah tujuan yang jelas, dan tujuan tersebut adalah kebermanfaatannya pada orang lain. (Logika Kritis Filsuf Klasik, hal.242)

Gagasan dari Aristoteles bahwa keberadaan sesuatu harus memiliki tujuan yang jelas, terutama yang bermanfaat bagi orang banyak, tetap relevan dalam konteks saat ini. Aristoteles mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia tidak hanya sebatas kebahagiaan pribadi, tetapi juga mencakup kontribusi positif kepada masyarakat.

Namun, dalam realitas kontemporer, terkadang tujuan individu dalam mengejar posisi atau jabatan bisa lebih berkaitan dengan kepuasan pribadi daripada manfaat bagi orang banyak. Hal ini bisa dilihat dalam banyak kasus di mana pejabat atau pemimpin mungkin lebih fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok kecil daripada kepentingan masyarakat luas.

Dalam tulisan yg imut dan brutal ini penulis berikan gambaran dilema antara menjadikan kebahagiaan pribadi sebagai tujuan utama, yang sering kali berdampak pada penggunaan jabatan atau kekuasaan dengan tidak optimal. Sementara itu, jika jabatan atau kekuasaan dipandang hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar, seperti kesejahteraan masyarakat atau keadilan, maka penggunaannya akan lebih rasional dan bertanggung jawab.

Pendidikan, seperti yang disebutkan oleh Tan Malaka, seharusnya membantu seseorang mempertajam kecerdasan, mengukuhkan kemauan, dan mengasah perasaan untuk dapat memahami betapa pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam setiap tindakan, termasuk dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi banyak orang.

Secara keseluruhan, gagasan Aristoteles tentang tujuan yang jelas dan bermanfaat bagi banyak orang tetap relevan, meskipun implementasinya dalam kehidupan nyata sering kali kompleks dan terkadang terdistorsi oleh motivasi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline