Saat berkunjung ke Kabupaten Purbalingga, hal menarik adalah ada perhatian khusus pada pemberdayaan ekonomi lokal, yakni memfasilitasi ruang publik yang digunakan sebagai pusat kuliner masakan, ada aneka seafood, soto dan bakso, makanan khas daerah, termasuk juga masakan lain yang bisa dijadikan alternatif disaat ada tamu dari luar kota ataupun dalam kota mencari makanan di malam hari. Situasi Pandemi Covid-19 sangat dibatasi, karena setelah jam 10 malam pedagang diharapkan sudah berkemas-kemas untuk menutup usahanya. Sedangkan saat buka sejak mulai 16.00 wib, jika saat normal maka jam buka dan tutup lebih lama sampai dini hari.
Dampak adanya pusat kuliner tentunya menjadi daya ungkit tersendiri bagi warga, pasalnya dari sisi parkir maka ada pemasukan PAD untuk jasa perparkiran, sedangkan persoalan masalah listrik, pemkab sudah menyediakan fasilitas kemudahan bagi pedagang yang menempati kapling masakan. Kapling ini sudah kontrak dalam beberapa tahun, dan mereka harus menjual masakan atau makanan yang dijual setiap hari tanpa ada hari libur.
Berbahagialah ketika ada aplikasi google map, ataupun aplikasi mencari referensi makanan dengan cepat dan mudah melalui android, wajar saja jika setiap masakan atau warung kuliner terdeteksi dengan mudah melalui promo di google map, namun jika sebaliknya maka akan jarang pembelinya atau penikmat kuliner yang datang, prinsipnya jika ingin terkenal dan banyak penikmat kuliner datang, maka usaha anda harus memberikan data dengan benar dan akurat datanya, untuk memudahkan seseorang yang ingin menikmati produk yang ditawarkan.
Bukan hanya di Purbalingga, ternyata di Kabupaten Jepara juga menyediakan fasilitas kuliner yang dibangun oleh Pemkabnya dalam rangka memberikan daya ungkit ekonomi lokal. Semakin terfasilitasi dengan lengkap, maka semakin memudahkan tamu luar kota untuk datang ke lokasi yang dipilih. Sudah saatnya tiap daerah merealisasikan konsep pusat kuliner masakan khas di wilayahnya.
