Lihat ke Halaman Asli

bahrul ulum

TERVERIFIKASI

Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Jangan Mudah Meremehkan Orang Lain

Diperbarui: 23 April 2021   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Apabila kita menjaga jangan sampai pecah, ketika orang atau teman kita senang kita juga harus tenang, saat teman susah kita harus membantunya maka itu adalah adab berteman. Kita juga harus hati-hati ketika berteman, hanya cuma kenalan saja dan belum tahu jeleknya dan tahu apakah dia baik atau tidak (lihat tabiat), ketika tahu betul dan saling membantu maka bantulah teman tersebut.

Demikian mutiara hikmah dalam pengajian Bidayatul Hidayah di Ponpes Assalafiyah Luwungragi Kabupaten Brebes, Jumat (23/04/2021)

Lanjut kyai Subhan, jangan perbanyak teman yang dikenal bila anda belum mampu bergaul, dan kalau temannya tidak jelas baik dimana apapun maka saudara wajib jangan meremehkan mereka walaupun kondisi mereka itu disabilitas, ada yang pincang, stunting atau kecil, karena kita tidak tahu, jangan-jangan lebih baik dari kita. 

" jangan mudah meremehkan orang lain yang belum kita kenal, walaupun dalam kondisi apapun, " imbuh kyai Subhan. 

Seorang lelaki meremehkan orang lain, bisa jadi yang diremehkan terkadang lebih hebat dari pada kamu. Pernah diceritakan pengalaman pribadi Kyai Subhan saat menjalankan ibadah haji, saat berada di Mekah, lagi mengaji Alquran, lalu didekatnya ada seorang yang dekil, saat ngaji surat Al Gujarat dengan ngaji tidak keras, ternyata orang yang dekil langsung terperanjat, dan orang dekil yang pakaian tidak bersih lalu menanyakan kepada kyai Subhan, darimana kamu, apa perbedaan kaum dan Nisa dalam surat tersebut dengan logat bahasa Arab. 

Pikiran awal dengan berpakaian dekil, ternyata dibalik dekilnya orang tersebut itu Khafidz Alquran dan hafal tafsir jalalain, dia sangat alim, ini artinya bahwa jangan meremehkan orang lain dalam kondisi apapun. 

Zaman Mbah Hamid Purbalingga, saat gusdur baru dilantik jadi presiden lalu mendatangi Mbah Hamid, yang dianggap saat itu banyak yang meremehkan, lalu oleh gus Dur Mbah Hamid dibuatkan rumah dan dibalik ini ternyata beliau adalah waliyullah karena bektinya kepada orangtuanya. 

Jika kita kenalan dengan melihat dunianya, maka kita ini rusak, karena dunia itu tidak menjadi jaminan dalam berkenalan atau bersahabat dan dunia ini tidak disukai oleh Gusti Allah, karena kenikmatan itu tidak hanya di dunia, tapi kenikmatan diakhirat juga akan diberikan oleh mereka yang Sholeh. 

Dunia laksana pistol, kalau dunia dipegang oleh orang Sholeh maka digunakan untuk bekal ke akhirat, namun kalau dunia dipegang oleh orang sugih bisa jadi digunakan untuk memperbanyak dan menumpuk harta. 

Mencintai harta atau kedudukan bisa menumbuhkan sifat munafek. cinta dunia kadang tidak mengetahui waktu duhur dan ashar dan waktu lain. Gusti Allah kadang juga mencoba kepada orang yang berdagang, waktu sholat kemudian diberikan laris banyak pembeli, kira-kita anda melaksanakan sholat dulu atau meneruskan dagang. 

Ciri mereka yang Hubbud Dunya, yakni saat waktunya sholat kemudian meninggalkan sholat karena alasan kepentingan dunia. " Ngejar deleg ninggalaken uceng," imbuh kyai dengan pepatah Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline