Pekerjaan Rumah dari Sekolah banyak, suruh mengerjakan LKS, maklum sekolahnya daring, jadi kalau susah mencari jawaban, anak sekarang milih tanya mba google. Hebat yah mbah google sering ditanya-tanya sama anak zaman now. Mereka percaya betul kalau mbah google itu simbah yang paling menguasai semua dimensi ilmu.
Ditanya masalah mapel bahasa Indonesia pun dapat jawabannya, saat nanya bahasa jawa pun bisa terjawab, emang mbah google kata anakku paling keren, perkara benar atau salah, pokoknya mba google bah, begitu cara anak sekarang berkomunikasi dalam mencari referensi pelajaran.
Guru kelasnya mengirimkan petunjuk agar semua anaknya bawa pelajaran sekolah dari halaman 3 hingga 10, kemudian di LKS disuruh menulis jawabannya lalu dikirim ke lembar kertas lalu dikirim jawaban lewat WA wali kelasnya, kalau orangtuanya tidak mengawasinya, maka anak zaman sekarang akan mencari mbah google sebagai jurus baru sekarang, yang salah siapa kalau begini, mbah google nya atau otaknya anak sekarang memang sudah luar biasa, apa-apa android dan kuota.
Kalau ada wifi, anak bisa tersenyum karena bisa berselancar dengan mudah dan main game online sesuka hati, orangtua hanya membatasi jam untuk bermain dengan androidnya, zamanku dulu tidak ada handphone dan mau komunikasi saja pakai kertas surat yang dikirim lewat kantor pos, harus menunggu beberapa hari setelah sampai ke orangtua dan terbaca, dan menjawab balik tulisan baru kita tahu bahwa ada persetujuan dari orangtua atas usulan anaknya.
Belum lagi, saat ingin dapat bestel, era zaman 90an kita harus mengirim surat dulu, atau minta nomor telpon famili di kampung kemudian mohon disampaikan kepada kedua orangtua bahwa minta dikirim uang untuk biaya hidup, cara ngirim uangnya pun lewat kantor pos berupa wesel pos. Nunggu beberapa hari untuk mendapatkan kiriman di wesel pos, jika terlat ya alamatnya ngutang dulu sama warung, bayarnya pakai " Yen" yen wis oleh wesel dari kantor pos.
Era digitalisasi bagi anak sekarang benar-benar membantu, mereka diberikan fasilitas yang serba cepat, bayar kuliah aja pakai virtual account, tidak bayar administrasi, dan kalau tidak bayar uang semester di virtual account maka tidak bisa mengikuti semester kuliah, dianggap tidak mampu, dan imbasnya anak harus berhenti di semester itu, orangtua sekarang harus benar-benar siap dengan segala konsekuensi untuk biaya pendidikan bagi anaknya yang berada di kampus.
Begitu pula di era 90an, kalau mau belajar ya ke perpustakaan jika ingin dapat buku-buku baru, atau beli buku bekas di tempat jual beli buku bekas, zamanku kuliah, mau beli buku saja harus ke surabaya, ke malang dan ke yogya, pusat buku bekas tersedia, uang makan sementara ditunda dulu, sedikit ngirit yang penting dapat buku bagus dan masih baru. Emang zaman ingin dapat informasi dan referensi harus banyak ke perpustakaan, beli buku, atau pinjam di teman kemudian di fotocopy jika uangnya ngirit. Benar-benar ada perjuangan.
Sekarang mau lihat referensi apapun, anak tinggal buka android lalu ketik di mozilla atau crome dengan buka google, terjawab sudah, malas beli buku baru, malas beli buku bekas, bahkan sekarang buku bekas dikasihkan ke orang lain atau ke taman baca karena dianggap bukunya sudah ganti tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H