Mobil ada, duwit ada, tas naruh baju baru dan sarung baru sama kopyah tersedia, anak-anak sudah siap, bensin mobil sudah full, uang perjalanan sudah ada, semangat mudik dan nyupir sendiri dengan mendengarkan lagu sudah siap. Tapi efek covid-19, bikin ragu untuk mudik di lebaran ini.
Belum lagi mikirin piknik, niru gaya orang-orang konsumtif sekarang ini, pun siap, tapi efek ada informasi di twitter dari mulai elshibta, jasamarga, dirlantas, dan ragam informasi cegat pemudik nekat jadinya apa yang sudah dipikirkan secara masak-masak menjadi tidak semangat lagi.
Suruhnya pemerintah untuk hemat pengeluaran, ga boleh mudik, dirumah aja, pakai masker, CTPS dengan air mengalir dan dikasih sabun biar bakteri mati, social distancing, physical distancing dan lihat banyak tenaga medis protes disana sini, akhirnya agenda mudik harus tertunda, belum lagi kompasiana di samber THR aja suduh nulis Mudik online, maka lengkap sudah aturan pemerintah terkait covid-19.
Belum lagi ada info dari jasamarga mulai 19 maret 2020 top up tunai di seluruh gerbang tol di jalan Tol jasa marga wilayah Jabotabek di tutup sementara, menambah pusing tujuh keliling, suka minum puyer 16 saja pusingnya langsung hilang, sudah bisa tidur saat bangun sudah sehat kembali, sudah murah lagi, rekening bank tidak habis karena banyaken top up.
Lihat lalu lintas dipantauan twitter PT CMNP di wilayah cawang pun sepi, belum lagi sejumlah titik juga sepi, sebenarya ini jadi lebaran apa tidak sih, lebaran ini benar-benar luar biasa.
Ada 175.000 petugas gabungan yang dikerahkan untuk mengamankan lebaranini, khawatir ada pemudik bandel atau nekad, jadi petugas juga tidak percaya begitu saja dengan para pemudik, sehingga protapnya tetap dilakukan, mudik di larang, piknik untuk menghilangkan stres di pending karena obyek wisata ditutup, padahal pengelola obyek wisata juga harus merawat semua fasilitas obyeknya, pengeluaran terus jalan, pemasukan tidak ada, alias bodong, wah semakin pusing juga bagi para pengelola wisata atau kelompok pokdarwis.
Uang harusnya sudah dimata, tapi hanya mata kita yang menempel saja, gigitan jari akhirnya, tapi begitulah resiko sebuah kebijakan covid-19, pastinya sangat berdampak baik hulu dan hilir, bahkan sejumlah armada bus juga sudah menghitung milyaran uang hilang atas kebijakan dari Kementrian Perhubungan tidak boleh mudik. Mobil harus di panaskan, tenaga kerja harus dibayar, driver pada nganggur, dan kapan mulainya juga tidak jelas, para supir mau nagih perusahaan juga mereka tahu bahwa perusahaan juga kena dampak covid-19 ini.
Bagaimana dengan kondisi anda untuk agenda mudik, pastinya jenuh bukan bila dirumah aja, kouta nambah terus, bayar listrik tetap, bayar lainnya tetap, tapi pendapatan semakin sepi bahkan nyaris kosong. Kopit..kopit...kopit kapan sih engkau hilangnya dari bumi Indonesia, jangan lama-lama ya kopit...pengin hidup normal kembali..Asli..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H