Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu.
Imam Ghozali Pengarang Kitab Ihya Ulumuddin juga memberikan Nasehat kepada kita semua, ketika berilmu maka seseorang memiliki beban tersendiri. Ia seakan ingin menasihati, tak ada gunanya berilmu jika ilmu yang didapat justru mencelakai orang lain.
Sungguh tak berguna jika ilmu yang didapat digunakan untuk kemaksiatan dan keangkuhan. Sebab, jika demikian adanya, sesungguhnya orang seperti itu adalah yang dimaksud dalam hadis berikut, "Orang yang berat menanggung siksa di hari kiamat ialah orang yang berilmu namun tidak mendapat manfaat dari ilmunya itu."
Sementara KH. Subhan Makmun di setiap pengajian Kitab Tak'lim Muta'alim, Ihya Ulumuddin, dan Bidayatul Hidayah ketika masuk bab Ilmu mengatakan, Belajar Ilmu harus dengan niat yang baik, proses yang baik, uang saku atau biaya hidup mereka yang sedang belajar ilmu harus dari uang yang halal, saat belajar jangan malas untuk membaca, menghafal, nanti pada saatnya anda akan kecewa atau menyesal (Getun), kenapa yah dulu saya tidak belajar ilmu itu, sekarang saat ada yang bertanya masalah tersebut tidak bisa menjawabnya.
Saat dikasih amanat malah menyepelekan, misalnya mimpin sholat istisqo, kemudian tidak paham tata caranya, lalu merasa minder, kemudian saat sudah hidup di masyarakat, yang bersangkutan disuruh mimpin sholat tersebut, lalu baru menyesal kenapa tidak belajar waktu dikasih amanat itu.
Orang yang berilmu, itu derajatnya akan dinaikan dan tidak ada bosen seseorang yang belajar ilmu, sama halnya seseorang yang mencari dunia, tak ada bosan-bosannya, makanya saat saya diskusi dengan KH. Subhan Makmun bersama santri dan tukang kayu, kyai dawuh, ada dua pilihan seseorang dalam hidupnya, apakah mau mengutamakan ilmunya, atau dunianya, terkadang tidak bisa imbang, bagi orang yang alim jangan terperdaya dengan hartanya, Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, orang kaya harta banyak musuhnya, sedangkan orang yang kaya ilmu banyak sahabatnya.
Harta harus dijaga setiap waktu, tapi orang yang berilmu, akan dijaga hatinya, dan akan menerangi umatnya, dan mereka yang punya ilmu tidak akan rusak ilmunya, bahkan saat meninggalpun, ilmunya masih abadi lewat karya-karyanya yang masih ditinggal dan bermanfaat bagi umat, bahkan bisa menjadi pelita hidupnya baik saat di dunia maupun di akhiratnya. Harta akan habis, ilmu malah bertambah terus, dan mereka yang belajar mencari ilmu tidak ada batasan umurnya, nikmat sehat dan sempat menjadi modal baginya.
Tapi ingat, ilmu harus diikat dengan tulisan, berbahagialah bagi mereka yang mengikat ilmunya dengan tulisan, lewat cetak buku, kitab maupun terjemahan kitab termasuk menulia mutiara kitab para kyai-kyai saat memberikan maidhotul khasanah, karena itu bagian mengikat ilmu agar tidak hilang,menjadi khasanah ilmu yang langgeng dan tercatat sebagai ibadah bagi khotot ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H