Lihat ke Halaman Asli

bahrul ulum

TERVERIFIKASI

Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Bagaimana Cara Menjaga Jiwa, Akal, dan Keturunan

Diperbarui: 15 Mei 2020   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Terkait masalah kenyang saja ketika kita makan, Imam Ghazali memberikan nasehatnya dalam Kitab Bidayatul Hidayah makan terlalu kenyang dapat menimbulkan hal-hal negatif berikut ini: Pertama, perut yang kenyang bisa membekukan hati. Kedua, merusak akal. Ketiga, menghilangkan hafalan. Keempat, memberatkan anggota badan untuk beribadah dan menuntut ilmu. Kelima, memperkuat syahwat, serta memudahkan setan menggoda keimanan.

Begitu intisari pengajian Kitab Bidayatul Hidayah yang disampaikan hari ini, Jumat (15/05/2020), di Aula Dalail Khoirot Ponpes Assalafiyah Desa Luwungragi, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. 

Kyai subhan juga menyarankan, seorang Muslim hendaknya makan sekadar untuk menegakkan punggung dan jangan terlalu berlebihan. Sesuatu yang berlebihan paling di sukai sama setan. 

Sementara, manusia harus menjaga jiwa, akal dan keturunannya, disampaikan penjelasan, yakni Salah satu ulama yaitu Imam Asy-Syatibi merumuskan maqashid syariah ke dalam 5 hal inti, yakni :

1) Hifdzun ad-diin (Menjaga Agama)
2) Hifdzun an-nafs (Menjaga Jiwa)
3) Hifdzun Aql (Menjaga Akal)
4) Hifdzun Nasl (Menjaga Keturunan)
5) Hifdzun Maal (Menjaga Harta)

Dokpri

Jangan gampang menulis, sesuatu yang tidak bermanfaat, karena saat anda menulis kejelekan seseorang atau hoak maka akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat atas tulisannya.

Berhati-hatilah bagi para penulis, seseorang yang menjadikan tulisannya itu bermanfaat bagi orang lain maka akan bertaambahlah manfaat ilmunya, namun kalau dalam menulis semakin memperkeruh atas tulisannya maka akan memiliki dampak keburukan bagi orang lain, maka kelak akan dipertanggungjawabkan. 

Terkait nasehat, Orang kaya cenderung mengabaikan nasihat orang miskin. Orang berilmu cenderung mengabaikan nasihat orang awam. Orang penting cenderung mengabaikan nasihat rakyat biasa. Kecenderungan itu timbul karena dalam diri manusia tidak muncul sikap menerima dan mendengar.

Mari belajar dari Imam al-Ghazali. Meskipun ia memiliki keluasan ilmu, tidak lantas merasa menjadi orang yang pantas menasihati orang lain. Bahkan, ia pernah menerima nasihat yang keluar dari mulut orang yang merampoknya di jalan. Tapi Imam al-Ghazali tidak menganggap remeh nasihat itu. Dari kisah itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa selama sesuatu mengandung kebaikan, jangan pernah meremehkan hal tersebut. Pepatah mengatakan, ambillah pelajaran walau keluar dari pantat ayam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline