Semua orang ingin sehat dan tidak terpapar covid-19, termasuk para relawan yang membantu mendistribusikan paket donasi, seperti halnya ASN dan aparatur Pemdes bahkan pegiat sosial yang ingin berbagi berkah ramadhan, dan mereka juga ingin tetap bisa beribadah dan beramaliyah tapi tidak terpapar covid-19, karena sudah banyak sekali para petugas kesehatan, sejumlah pejabat yang berbakti kepada negeri, tapi malah terpapar virus yang belum ada obat penyembuhnya, jadi perasaan was-was menghantui mereka dalam bekerja.
Konsekuensi pekerjaan menjadi tanggungjawab mereka, namun tidak sebanding ketika pelaksana program malah terpapar virus, maklum virus ada dimana-mana dan virus yang ada tidak terlihat sama sekali. Belum lagi kalau di rapid test lalu dinyatakan positip, bisa bikin heboh apalagi jika terpublikasi oleh sejumlah insan media, maka tetangga akan tahu, pasien merasakan tidak nyaman, dan warga di desanya juga semakin panik.
Apalagi ketika ada pemberitaan terkait jenazah covid, walaupun corona bukan aib, namun sejumlah warga juga ikut panik dan enggan untuk takziyah khawatir terpapar, apalagi jika ada yang pakai APD karena mengikuti anjuran pemerintah.
Saat pembagian paket sembako sejumlah titik di daerah sering kali tidak mengindahkan pysical distancing, dan adat orang jawa mengucapkan terima kasih serta salaman menjadi hal yang otomatis atau reflek karena telah dibantu, rasanya tidak menghormatinya jika hanya mengucapkan terima kasih doang dengan kata-kata. Ya itulah sebuah adat yang sudah melekat di hati warga kita ini.
Saat pembagian masker, juga tampak terlihat sekali bahwa ada warga yang tidak bisa memakainya, maka akan terjadi physical distancing dengan memberikan cara memakainya, kalau sekedar kata-kata suruh pakai maka mereka enggan untuk memakainya, padahal masker yang diberikan gratis.
Bulan ramadhan menjadi berkah bagi para keluarga yang tidak mampu, tapi sejatinya mereka itu bisa bertahan karena bisa beraktivitas untuk bekerja dengan mendapatkan upah, namun karena pandemi covid ini, sebagian mereka juga diminya tidak bekerja lagi, dan khawatir dengan penyebaran virus ini, akhirnya nasibnya semakin rentan dan terpuruk. Wajar jika ada bansos dari sejumlah paket baik APBN, APBD Prov, APBD Kabupaten, Bansos DD dan ragam banguan dari tokoh politik maupun para agniya.
Masa tersulit lagi, adalah mereka yang sakit di bulan puasa, tapi pengin tetap puasa, dan ini sering kali kita harus memilih, membatalkan puasa atau nanti mengqodhonya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H