Corona lagi...corona lagi...begitu hebohnya warga Indonesia dari segala penjuru tanah air dengan pandemi covid-19. Dari tukang ojek, buruh tani, pedagang sayur, pedagang roti, kaum santri, praktisi multi disiplin ilmu, pengusaha, sampai pedagang cilor pun tema yang disampaikan adalah Corona.
Media televisi menjadi pemberitaan utama, mengalahkan berita-berita kecelakaan lalu lintas, karena kecelakaan lalu lintas itu dianggap insiden yang rutinitas dan tidak berpengaruh pada sektor apapun, sangat berbeda dengan mewabahnya virus ini. Belum lagi vaksin corona juga belum ditemukan obatnya, kalaupun ada hanya herbal dan sekedan anjuran.
Sangat berbeda denga vaksin meningitis mencegah radang otak, vaksin influensa untuk kekebalan pada fisik kita karena faktor cuaca yang ekstrim, vaksin polio untuk pencegahan pada bayi dan baduta dan ragam vaksin lainnya.
Kewaspadaan dini menjadi penting, ditingkat santri yang sedang belajar pun, sekarang sudah mulai santri tidak boleh keluar dari pondok pesantren atau kontak langsung dengan orang lain, kebijakan yamg diambil ini agar tidak semakin mewabah, dan meminimalisir potensi penularan, maklum virusnya tidak kelihatan dan saat tertular juga sangat membahayakan. Vaksin Corona belum ada lagi, dan semua akan merasakan panik ketika ada keluarga kita yang positip Corona.
Kebijakan rumah sakit semakin ketat terutama kepada mereka yang mau menjenguk pasien maka tidak boleh kecuali hanya penunggu pasien saja, itupun harus ekstra ketat dan menggunakan masker, sudah tidak senyaman saat kondisi normal.
Merebaknya Virus ini, ibarat badai yang sangat menyeramkan, dan membikin panik disana sini, karena berlaku nasional, sehingg semua Kab/Kota pun harus siaga 24 jam untuk penanganan virus ini. Monitor perkembangan atas situasi yang ada bisa melihat di website covid-19.go.id sebuah portal bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan detail berita yang ada, karena portal tersebut juga ada Q&A yang bisa dijadikan informasi soal dan jawab berkenaan dengan virus ini.
Selain itu, upaya masing-masing Kab/Kota pun sangat cepat dan para tenaga medis pun waktunya tidak santai lagi, mereka harys stand by on time, padahal sangat beresiko bagi nakes ketika menangani pasien Covid-19, tapi karena ini tugas negara, maka protap standar prosedur yang ada harus ditaati oleh mereka, agar tidak suspect gara-gara membantu penanganan pasien corona ini.
Sebagian warga juga masih panik, walaupun harus kerja di rumah, apalagi aktivitas sangat terbatas, kalau suaminya punya pekerjaan seperti di Grab, GoJek, atau misalnya Ojek yang setiap hari harus mobile maka jelas resisten terhadap virus ini. Suspect negatif pasien Corona yang diberitakan oleh detik.com di rumah sakit umum Brebes juga akibat bekerja di majikan yang punya pekerjaan mobile antar negara, wajar saja kemudian bisa menular, walaupun dinyatakan negatif.
Anak-anak masih tetap libur, dan jangan sampai dalam liburan sekolah ini kemudian tidak belajar, harus belajar dengan tekun, dan orangtua harus mengawasi termasuk jangan diajak ketemu dengan banyak orang dulu, ibaratnya dikarantina sementara waktu.
MUI juga sudah membuat fatwa terkait jumatan, bagi warga muslim yang laki-laki pelaksanaan jumatan bisa diganti dengan sholat duhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H