Mas Ali Subchi salah satu sales marketing rokok produk dari Kudus mengatakan, lebih baik hidup normal saja mas, aktivitas lancar, ekonomi masyarakat tumbuh, hotel tidak sepi, anak sekolah tidak libur dan masyarakat sehat, daripada kaya sekarang ini mas, efek merebaknya virus corona menjadikan semua even musik pun batal, beberapa toko sembako yang saya pasang banner iklan juga sepi, jalan yang saya lalui dari Tegal ke Brebes juga sepi dengan kendaraan.
Bahkan beberapa agenda pertemuan pun dilarang untuk sementara waktu, ada juga di beberapa pondok pesantren yang santrinya tidak boleh keluar ponpes, libur harus di dalam pondok, gerbang ditutup, ibadah tetap berjalan tapi khusus di pondok pesantren, jam besok santri ditiadakan, dilarang wali santri besok santri sampai waktu yang belum ditentukan, menunggu informasi dari pemerintah.
Jam besuk di rumah sakit pun dibatasi, hanya keluarga saja yang menunggu pasien yang diperbolehkan masuk, mereka yang mau tilik orang sakit di tiadakan, dilarang besuk samai akhir bulan ini.
Anak sekolah hanya dirumah saja, namun ada beberapa anak sekolah yang libur dan tidak diawasi orangtuanya tetap berani keluar rumah untuk mancing dikali dianggap biasa saja virus corona. Yang penting jangan keluar rumah terlalu jauh dari pantauan orang tua.
Bagi petani butik, ga ada istilah libur, gimana bisa makan kalau harus libur, mrotol, mreceli, bersihkan bawang untuk permintaan pasar maka sejak pagi hari pun sudah naik angkot L300 atau Truck barang untuk ke lapak bawang, mengais rejeki, kalau dilarang berusaha terus apa ada yang mau bayari dana untuk beli beras dan makan harian anak-anak, untuk beli masker saja harus nunggu upah harian.
Bagi guru juga iri kenapa anak didiknya libur, sedangkan harus datang ke sekolah, mestinya diliburkan saja, sebuah kebijakan yang kadang bingungi. Sama-sama statusnya maklhuk hidup dan beraktivitas, kenapa tidak diliburkan saja, penyakit kan tidak hanya menyerang anak-anak, orang dewasa pun bisa kena dengan penyebaran virus ini.
Begitu pula dengan para penjual keliling, kenapa tidak menggunakan masker, dibiarkan tanpa masker, mereka juga resisten kemasukan virus karena tidak berada dirumah.
Sejumlah masjid dan musholla sudah mulai tidak pakai karpet, karpet yang ada digulung,kemudian jamaah disuruh membawa sajadah atau sorban masing-masing, dan ragam bermunculan akibat kebijakan untuk pengendalian merebaknya virus corona ini.
Sudah ada 134 positip Covid-19 hal ini diberitakan di republika hari ini, wajar saja jika beberapa kampus yang mau menggelar wisuda pun harus ditunda untuk tidak menyelenggarakan even tersebu.
Akan tepat untuk warga bali dengan perayaan nyepi, karena mereka berada di rumah masing-masing, ritual nyepi di bali akan diselenggarakan pada 25 maret 2020 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H