PENTAHELIX merupakan konsep pembangunan, dimana unsur akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media bekerjasama untuk mencapai peningkatan dan percepatan pembangunan) satu yang harusnya ditambah adalah media.
Pentahelix menjadi jargon penting, karena ada misi dan visi yang terkandung di dalamnya yakni kompak, saling support, kerjasama dalam membangun target sasaran.
Lewat kemitraan yang kuat dan iklim yang kondusif sektor apapun bisa dilakukan baik itu sektor pariwisata, usaha kecil menengah, koperasi, ataupun sektor franchise. Bahkan ketika anggaran desa yang digelontorkan kepada desa pun melalui strategi Pentahelix akan menghasilkan gagasan dan ide-ide yang kreatif, inovatif dan berkesinambungan.
Lewat Pentahelix ini Pendapatan asli daerah (PAD) bisa di dongkrak, dampaknya akan menaikkan produk domestik bruto daerah atau wilayah tersebut, peran akademisi digunakan untuk melakukan kajian awal, solusi termasuk dalam penyusunan kajian dan kebijakan, komunitas UMKM seperti BDSP atau Business Development Services membantu menggerakan pelaku UMKM agar hulu dan hilirnya berjalan dengan baik, termasuk melakukan pendampingan baik pada aspek produksi, pemasaran, akses permodalan, akses pembiayaan hingga aspek teknologi tepat guna dan marketing online.
Pentahelix di sektor komunitas pariwisata juga komunitas bisa melibatkan Asita ,HPI, GenPI, PHRI,kompepar,pamoja,Paprika dan yang lainnya. Sedangkan peran pemerintah dalam mendukung pariwisata ini sangat penting, yakni dalam hal koordinasi, serta penyediaan sarana dan prasarana pariwisata.
Pentahelix di sektor pendidikan juga bisa dilakukan yakni pada komunitas pegiat atau peduli pendidikan, dimana ketika daerah ada masalah dengan anak tidak sekolah dengan kategori anak belum sekolah, anak putus sekolah dan anak lulus tidak lanjut, maka konsep pentahelix sangat tepat dilakukan, ada keterlibatan antara unsur akademis, komunitas, pemerintah, CSR, Media, dan partisipasi masyarakat.
Kalau disektor UMKM pentahelix juga bisa dilakukan dengan perguruan tinggi untuk melakukan kajian akademis, dengan menyusun baseline akselerasi UMKM yang tepat di satu daerah, bagaimana mereka melihat daya beli dan tren inflasi daerahnya, termasuk kendala dan problem serta solusi alternatif, disamping itu memberikan arah alternatif kebijakan bagi daerah agar daerah yang tadinya sepi pelaku usaha kemudian tumbuh subir bahkan menjamur bisnis usaha kecil tersebut.
Pada sisi kebijakan daerah misalnya, Pelaku UMKM diberikan kesempatan secara luas untuk bisa mengakses permodalan, termasuk bantuan alat tepat guna atau jika anggaran dananya terbatas bagi pemerintah daerah maka diupayakan ada layanan usaha yang bisa diakses oleh warga ketika membuka usaha baru, ataupun layanan gratis konsultasi sektor usaha kecil dan menengah.
Pada sisi komunitas juga peran Kadin, ataupun asosiasi usaha kecil sangatlah penting, bagaimana HIPMI bisa melakukan jejaring dengan sektor usaha kecil, minimal membantu akses marketing produk pelaku usaha kecil ini. Bagaimana HIPSI atau himpunan pengusaha santri Indonesia bisa berperan aktif kepada para santri atau alumninya agar setelah selesai pendidikan menjadi seorang wirausaha yang sukses dan bisa hidup sejahtera.
Sahabat, masing-masing peran ini penting dan bisa jadi simpul yang bisa diikat, semakin kuat ikatannya maka semakin sejahtera sasarannya, namun semakin lemah pentahelix dalam membangun jejaring maka akan semakin mudah dan menurunnya dayabungkitnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H