Riya' itu seperti syirik, dan penyakit yang paling dahsyat dan hampir sebagian orang dalam berbuat untuk dilihat bahkan dipamerkan. Riya itu lebih samar dari jejak semut diatas batu hitam. Riya itu penyakit halus.
Riya' adalah menampakkan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain. Jadi riya' berarti melakukan amalan tidak ikhlas karena Allah karena yang dicari adalah pandangan, sanjungan dan pujian manusia, bukan balasan murni di sisi Allah. Penyakit inilah yang banyak menimpa kita ketika beribadah.
Demikian disampaikan oleh KH. Subhan Makmun dalam pengajian Kitab Ihya Ulumuddin di Masjid Agung Brebes dihadapan jamaah, rabu (6/11/2019).
Kyai Subhan menambahkan, kalau seorang guru itu ikhlas dalam mengamalkan ilmu, maka hasilnya akan dirasakan oleh orang lain atas ilmu yang diberikan.
Seorang guru walaupun dalam penyampaiannya agak kurang jelas namun yang bersangkutan pasrah dan ikhlas dalam mengamalkan ilmunya, maka amaliyahnya ulama tersebut bisa diterima oleh santrinya, bahkan banyak santri yang diajarkan oleh kyai yang ikhlas ini menjadikan santrinya jadi ulama besar di Indonesia.
Zaman Rosul dalam berdagang dengan kejujuran dan menggunakan syariat, makanya dianjurkan bagi umatnya dalam berdagang untuk menggunakan syariatnya.
Menghina atau moyok orang lain atau nyiyir sebaiknya dihindari, karena bisa mengalir ke anak keturunanya, makanya bagi umat Islam dianjurkan untuk menutupi wirange atau rahasiane orang lain, dan siapapun yang bisa menutupinya dengan baik itu adalah pahala baginya.
Contoh misalnya ada orang kentut, bila kita bilang langsung ke orangnya takut nanti orang yang kentut akhirnya wirang atau malu banget dimuka umum, tutupilah rahasianya, maka itu lebih baik daripada dibuka rahasianya di muka umum.
Bersikaplah secara sholeh ditempat yang sholeh, terkadang orang sholeh juga banyak yang sombong atau takabur, terkait kemulyaan atau wibawa seseorang itu semua adalah hak prerogatif Allah SWT untuk memulyakan umatnya. Belum tentu orang yang sholeh itu tawadhu, terkadang sombong atau pamer atas ibadahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H