Brebes - Merasa puas atas pemberian yang diberikan dan tidak rakus itulah qonaah. Berbahagialah bagi umat islam yang memiliki sifat qonaah, hidup semakin tenang, karena hakekatnya qonaah adalah tidak rakus saat hidup di dunia, orang yang qonaah akan berpakaian tidak mencolok, hidup sederhana dan saat ruh lepas dari badannya, maka akan pasrah dengan harta yang ditinggalkan.
Demikian yang disampaikan oleh KH. Subhan Makmun dalam Pengajian Kitab Ihya Ulumuddin di Masjid Agung Brebes yang dihadiri puluhan jamaah putra dan putri dari berbagai desa, Rabu (7/10/2019).
Tambah kyai subhan, Seberapapun rizki yang Allah beri, kita merasa cukup dan bertambah bersyukur atas rizki tersebut. Makan seadanya, rumah yang sederhana dan tak megah, semua itu adalah nikmat yang telah Allah beri kepada kita. Allah mengetahui apa-apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Apapun yang engkau makan, asal itu halal dan baik, dan dapat menegakkan punggungmu untuk melaksanakan shalat, bersyukurlah. Allah masih menguatkan dirimu tegak beribadah kepada-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan, "Jika engkau melihat seorang yang memiliki harta dan kedudukan yang melebihimu, maka lihatlah orang yang berada di bawahmu" (Shahih. HR. Ibnu Hibban).
Inilah salah satu penyebab mengapa banyak dari manusia yang begitu mencintai harta dunia, karena mereka tidak pernah sedikitpun melihat ke bawah, bahwa ternyata masih banyak orang yang lebih kesusahan dibanding dirinya.
Namun dirinya yang tidak bersyukur kepada Allah, menjerumuskannya ke dalam sikap mencela nikmat yang Allah beri dan kecintaan yang berlebihan kepada hal-hal yang bersifat duniawi.
Bahkan kyai subhan juga menjelaskan, qonaah itu ridho, menerima apa adanya atau tidak serakah, jika berlebihan tak tidak sesuai dengan ukurannya, atau senang dengan kemewahan maka sulit untuk diobati. Jika mengandai-andai sesuatu harapan yang tidak tercapai, maka itu bisa terjerumus ke lembah yang menyesatkan.
Contohnya jangan sekali orang tua mendidik anak membuatkan rumah anaknya satu persatu, belum tentu nanti ada anak yang tidak terpenuhi maka akan menjadi masalah dikemudian hari, lebih baik dibantu saja, khawatir jika rejeki orangtua tidak sama saat anak pertama dengan anak selanjutnya.
Jangan suka berlebihan, jika diberikan rezeki berlebih maka harta kita bisa untuk saku bekal akhirat, hidup harus seimbang, jika diberikan harta berlebih, maka ada hak orang lain yang harus dibantu, termasuk bisa untuk berbagi amaliyah kepada orang yang membutuhkan.
Sifat srakah ataupun rakus dan pelit itu menjadi jurang kehancuran anda. Jika anda memilikinya semua harta, jangan di nampakkan semua atau pamer jumlah harta, misalnya keluarga tiga punya mobil 5, itu namanya menampakkan banyaknya hartamu, dan tidak akan merasa cukup. Ini namanya tidak mendidik.
Jika kita melebihi batas kecukupan, maka akan melewati jurang renungan dan bercabang-cabang kesusahanmu, maka Allah akan merusak kamu, artinya jika orang itu berlebihan maka hidupnya tidak tenang, gunda gulana dan inginnya memiliki harta tersebut bagaimana caranya, yang repot adalah bila orang tersebut tidak bisa dinasehati karena harta yang bergelimpangan. (BU)