Lihat ke Halaman Asli

bahrul ulum

TERVERIFIKASI

Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Menu Tradisional Food, Magnet Hotel Berbintang

Diperbarui: 12 Juli 2019   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc pribadi

Bagi anda yang bermalam di hotel berbintang di beberapa kab/kota salah satu ukuran kepuasan layanan hotel adalah sarapan pagi, apalagi jika ada menu tradisional food. Sepertinya ada standar hotel terkait menu makanan pagi yang disepakati bersama, kenapa penulis katakan begitu, karena ragam masakan yang sering ditemui saat menginap di hotel dimana saat ada pertemuan, semuanya hampir sama. 

Kalaupun ada yang berbeda itu menjadi spesifik hotel berdasarkan kebijakan pengelola hotel tersebut dengan harapan tamu yang menggunakan fasilitas hotel di mana menginap merasakan nyaman dan aman serta menu paginya beragam.

Semua hotel yang ada, sebagian besar anggotanya masuk dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) adalah organisasi yang berorientasikan kepada pembangunan dan peningkatan kepariwisataan, dalam rangka ikut serta melaksanakan pembangunan nasional serta merupakan wadah pemersatu dalam memperjuangkan dan menciptakan iklim usaha yang menyangkut harkat dan martabat pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa penyediaan akomodasi pariwisata/hotel dan jasa makanan dan minuman/restoran serta lembaga pendidikan pariwisata. 

Tentunya dengan adanya organisasi ini menjadi modal bagi para anggota untuk berdiskusi atas layanan yang diberikan, dan jika ada update perkembangan terkait usaha perhotelan dan restoran langsung cepat di tindaklanjuti.

Doc pribadi

Kenapa Menu Tradisional Food jadi magnet Wisatawan

Bagi orang Indonesia menu tradisional jelas mengingkatkan mereka akan hidup di desa, mungkin sudah lama mereka tidak merasakan makanan tradisional karena lama hidup di luar negeri, sehingga saat menemukan hotel dengan menu Indonesia binget dan mengingatkan masakan wong dheso menjadikan memory kecintaan terhadap nusantara semakin kuat. 

Bayangkan saja kalau orang Indonesia hidup di saudi arabia, dan mereka bermalam di hotel bintang lima atau empat dan tiga yang lokasinya dekat dengan Masjidil Harom atau di Madinah, jika ahli masaknya orang thailand atau orang luar negeri nanti masakan yang akan disajikan standar menu hotel yang dipelajarinya sesuai ilmunya, namun lidah jamaah umroh atau haji dari Indonesia pasti merasakan kejenuhan yang tiada tara. 

Sebagai bentuk protesnya mereka adalah mencari bakso atau menu masakan Indonesia food dengan harapan rasa kangennya terobati seperti berada di tanah air, begitu pula bila dia penduduk jawa terus umroh kemudian ketemu ahli masak dari orang desanya atau kampung halamannya, maka rasa kangen dan betapa lahapnya makan menu masakan tradisional Indonesia. 

Sama halnya dengan para guru atau pendamping desa atau pendamping PKH dan UMKM saat mereka ikut pelatihan seminggu misalnya, jika menu hotel yang disajikan itu sama dan tidak ada menu tradisional maka bikin jenuh, rasanya ingin pulang atau segera berakhir jadwal pelatihannya, bahkan mereka ada juga yang harus keluar hotel untuk cari masakan ala jawa atau orang kampung biar teringat akan masakan dirumahnya.

Alasan memilih masakan tradisoonal 

Bagi tamu hotel, pilihan menu pagi yang beragam menjadi alasan kenapa request hotel tersebut, apalagi jika ruang tidurnya lebar dan kamar mandinya nyaman tidak minimalis, termasuk ruangan tidak terkesan suram atau gelap dan sangat terawat dan ada ventilasi yang cukup dengan view dari atas gedung bisa lihat perkotaan atau pemandangan yang indah, maka menjadi referensi bagi mereka untuk merekomendasikan hotel yang dia inap lalu di infokan kepada temannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline