Trip kali ini Brebes ke Jakarta, untuk menghadiri kompetisi inovasi pelayanan publik atau Sinovik di Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia. Sebuah ajang inovasi keren yang dihadiri oleh Top Leader Birokrasi baik pusat, Provinsi dan Kab/Kota.
Perjalanan via tol memang lancar, namun beberapa ruas jalan ada perbaikan, maklum kondisi jalan kurang nyaman karena sedikit bergelombang, saat jadi penumpang di bagian belakang sedikit terasa saat driver melaju dengan cepat.
Rest Area atau tempat istirahat sejenak yang nyaman bagi pengguna kendaraan menjadi penting, terlebih lagi jika di dalam rest area ada banyak sajian menu masakan tradisional, bisa menjadi rujukan kuliner di jalur Tol.
Saat masum Km 102 driver belok kiri dan masuk ke kawasan rest area, dan berhenti di depan WM. Soto Kudus, tertulis dengan cukup jelas spanduk WM Soto Kudus dan Garang Asem.
Terlihat cukup jelas, pria berpeci yang sengaja duduk sambil menikmati satu gelas kopi hitam dan nampak kepulasan asap rokok, kopyah di taruh di meja makan, menandakan kaum santri sedang menikmati request pesanan makanan paginya.
Saat duduk di dalam WM tersebut, pelayan WM Soto kudus menawarkan menu yang ada di daftar, mau soto campur atau garang asem atau menu lainya. untuk Soto campur nasi dipatok harga Rp 20 ribu, tersedia juga garang asem, ayam goreng dan pecel madiun.
RM ini masuk di Group Wong Kudus Cabang. Dengan desain warung makan dengan bangunan joglo, dinding pakai bambu dan kursi branded jepara, menjadikan ciri khas warung kudus dibeberapa lokasi rest area. menu radisional inilah membuat sebagian wong jowo sengaja mampir untuk menikmati masakan soto kudus.
Biasanya para musyafir enggan makan di rest area, dianggap mahal harga makanannya, maklum mereka bayar sewa juga mahal belum lagi bahan baku juga harus dibeli diluar area jalan tol, yakni ke pasar terdekat dan keluar masuk tol untuk mengantarkan bahan bakunya.
Lewat WM Kudus inilah pihak manajemen mencoba mematok harga yang tidak mahal tapi terjangkau dengan kocek para musyafir sehingga kesan WM berkelas dan mahal tidak nampak, musyafir yang ingin menikmatinya tidak takut atau minder barangkali bawa uang terbatas terus kurang bayar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H