Tali silaturokhim kian melekat saat jelang mudik lebaran, berbagai kendaraan melewati jalur pantura, termasuk bajaj, kendaraan roda tiga dengan mesin motor vespa melewati kota Brebes. Ini artinya Lebaran sudah dekat.
Arus mudik kian padat jelang H-5 Lebaran, orang desa kalau sudah ada kendaraan bajaj maka teringat bahwa itu kendaraan ibukota yang datang untuk mudik atau mengantarkan sanak keluarganya untuk mudik dikampung halamannya.
Hore ada bajaj, berarti badane wis parek, begitu celoteh salah satu warga aziz di kelurahan pasarbatang, maklum ada kendaraan bajaj yang parkir di sekitar kampung halamannya.
Tali silaturokhim tak mengenal kasta, dan jabatan, Menyambung silaturahmi adalah salah satu amalan yang mulia dan kewajiban dalam agama. Banyak ayat Al Qur'an dan hadits yang menghasung kita untuk menyambung tali silaturahim serta menjelaskan berbagai keutamaannya.
Dalam bahasa arab, Silaturahim dari makna 'sillah ar-rahim' (Shillah), artinya hubungan rahim; tali kasih sayang. Jadi kata silaturahim ini merujuk pada hubungan kekeluargaan. Ikatan janin, ikatan darah daging. Ada yang menganggap kata 'silaturahim' lebih tepat daripada 'silaturahmi'.
Rosulullah bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam" (HR. Bukhari).
Sangat wajar bila mereka ingin keberkahan hidupnya dengan memperbanyak silaturokhim, salah satunya adalah dengan bertemu sanak saudara, teman sebaya, pertemuan bani ataupun halal bi halal.
Uang bisa dicari lagi, kalau persaudaraan tidak bisa putus, bahkan jika kita memutuskan silaturokhim maka dosa besar siapapun yang memutuskannya. Jika orang gemar memutuskan silaturahmi, secara otomatis akan sangat sedikit orang yang akan membantunya ketika tengah Allah berikan cobaan atau timpakan musibah kepada orang tersebut. Bukan hanya itu, memutuskan silaturahim juga ternyata dapat menimbulkan dosa-dosa besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H