Bila ada restoran atau warung makan yang dijadikan tempat transit untuk sekadar istirahat, makan dan minum, ke toilet atau sholat maka dijamin restoran tersebut meningkat pendapatan hariannya. Maka bersyukur lah bagi para pengusaha warung makan yang bermitra dengan para supir travel.
Termasuk juga bila ada bus pariwisata atau bus malam, bila pengelola busnya tidak punya restoran sendiri, ia dapat membagi hasil atau bermitra dengan pihak pemilik restoran. Dengan demikian, pundi-pundi keuntungan pun sudah di depan mata.
Setidaknya pihak restoran dapat cukup kasih konpensasi makan dan minum kepada pengelola transportasi, 1 atau 2 bungkus rokok untuk supir dan kondektu, termasuk kasih minuman kopi (bisa juga ditaruh dibotol jika supir dan kondekturnya request). Ini adalah jurus ampuh mengiming-imingi driver travel untuk membawa penumpang ke restoran. Bahkan ada yang memberikan konpensasi lain tergantung kesepakatan dengan pihak supir dan pemilik restoran.
Tips ini ternyata berlaku di sepanjang jalur Pantura Pulau Jawa, bila layanan pemilik warung makan dalam melayani group travel komunitas, besar kemungkinan berpinfah, kalau berpindah saja, maka mengurangi income dari penghasilannya. Karena setiap mobil dipastikan bawa penumpang dan setiap penumpang dipastikan ke toilet atau makan dan minum.
Pengalaman penulis saat naik mobil travel Tegal-Jakarta, hampir semua travel plat G hingga E melalui jalur subang, jarang yang lewat jalur indramayu atau lewat jalan tol, disamping jalur ini sepi saat dini hari, tapi bagi para supir travel, jalur ini jarang mobil tronton atau mobil truck gandeng, sehinhha kecepatan mobil bisa terjaga dan saat macet tidak terlalu sulit untuk cari jalur alternatif atau jalur tikus dikenalnya.
Dari Tegal ke jakarta hanya berhenti di subang, mereka akan berhenti untuk istirahat sejenak sekaligus pihak travel check penumpang kemana saja alamat tujuan di jakartanya. Jika travel mereka itu satu pemilik maka para supir langsumg koordinasi dan mohon ke penumpang untuk pindah tempat mobil yang rutenya searah atau berdekatan, sehingga sampai di jakarta tidak terlalu siang.
Namun bagi supir travel yang plat hitam maka biasanya mereka akan berkoordinasi dan saling berbagi saja, yang penting penumpang tidak merasa dirugikan, asal sampai lokasi maka itu sebagai bentuk profesionalitas masing-masing. Terkait apakah ada tambahan uang bensin dan lain-lain dikomunikasikan antar supir saja.
Loyalitas supir travel memang tidak diragukan, mereka akan update selama perjalanan, jika ada kerusakan mobil ataupun ban maka teman sejawatnya akan saling membantu, karena mereka merasakan suka dan duka dan ini adalah bentuk kesetiakawanan sosial mereka.
Kalau pergaulan antar supir tidak saling berbagi maka supir ini jika ada masalah dengan pihak kepolisian atau dengan keamanan wilayah tidak dijadikan sahabat, dampaknya jika ada resiko temannya enggan membantu.
Penulis juga punya teman pemilik warung makan yang jadi ampiran para supir travel, bukan cuma puluhan mobil travel tapi sudah ratusan mobil travel bergantian setiap menjelang masuk waktu magrib hingha pukul 22.30 WIB. Maklum rata-rata travel yang ke tempat warung makannya adalah plat Purwokerto, Yogya dan Pekalongan untuk jurusan ke Jakarta, Bandung dan Bogor.
Kenapa jadi pilihan para supir traveln, satu karena ada tempat toilet yanh bersih dan banyak kamar kecilnya, kedua parkir untuk mobil dan travel mudah dijangkau, termasuk gratis makan dan minum sama rokok dan toilet khusus supir. Ruang supir pun sudah disediakan oleh pemilik warung makan. Wajar jika teman penulis ini semakin meningkat pendapatan hariannya.