Biasanya pak dhe, bu dhe, pak lik, bu lik dan simbah, saat pertengahan puasa, sudah menyiapkan beberapa rupiah untuk ditukarkan ke Bank Indonesia di Tegal Jawa Tengah ke rupiah cetakan baru. Uang ini sengaja disiapkan untuk pecingan (bebungah/angpo) bagi anak atau cucu atau putu nya saat menemui simbahnya.
Anak-anak ini terlihat diwajahnya gembira dan senang bahkan sesama adik dan kakaknya akan menanyakan, kamu dapat berapa dari simbah...dijawab ini mas...sambil menunjukkan uang yang diterimanya. Jika uangnya beda, maka simbahnya yang ditagih, mbah kok saya beda sama kakak mba...simbah sambil senyum simpul seraya memberikan alasan, karena dede itu masih kecil belum sekolah, nanti kalau sekolah di SD atau MI maka simbah kasih yang sama gih....begitu simbah memberikan alasan krpada cucunya.
Simbah sekarang harus lebih pinter untuk menghadapi cucunya di era zaman now, cucunya hampir mahir otak atik handphone yang dipegangnya, bahkan simbahnya hanya geleng-geleng kepala, emang zaman sekarang sudah canggih, simbah hanya handphone kaya gini, anak sekarang dikasih uang Rp 5 ribu aja minta nawar Rp 20 ribu, maklum uang Rp 5 ribu sekarang buat beli bakso keliling aja udah ga dapat.
Untuk menukarkan uang recehan atau uang yang lama ke cetakan yang baru, maka seseorang harus datang ke pihak bank yang ada, biasanya di Bank Indonesia sudah menyiapkan ratusan juta untuk menyambut pertukaran uang saat menjelang lebaran.
Bahkan ada fenomena menarik, bagi para pemodal mereka sengaja datang dan menukarkan uang lama ke baru, lalu dibuat bisnis pertukaran dengan mengambil jasa atas penukaran uang tersebut. Bila nilainya Rp 1 juta maka harus ditambahkan jasa tukar uangnya yakni Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Bagi yang mau maka transaksi keduanya bisa dilakukan.
Bahkan setahun yang lalu sebelum lebaran saat musim mudik lebaran di area kompleks alun-alun kendal pun ada banyak penukaran uang yang sengaja berdiri dan membuat tulisan tukar uang baru. Mereka memanfaatkan moment ini setahun sekali.
Bila simbahnya gaul, maka jelas akan menugaskan anaknya untuk menukarkan uangnya menjadi uang baru, karena anak-anak sekarang ini mudah bertanya dan ingin jawaban cepat atas uang yang diberikan krpadanya. Karena sudah jadi adat, sehingga simbahnya pun harus siap dengan uang barunya atau siap dengan angpo untuk anak cucunya. Karena simbah yang tidak memberikan uang angpo maka anak cucunya akan bilang simbahnya pelit dan sebagainya...
Karena ini masih ada kesempatan, maka sebaiknya anda yang sekarang jadi simbah untuk siap-siap dengan uang rupiah barunya yang nantinya digunakan sebagai cinderamata bagi cucunya. Semoga cucunya tidak bilang pelit.
Fenomena pertukatan uang baru ini sudah lama dan masih dilestarikan, wajar saja kemudian menjadi perdebatan di masyatakat, yang akhirnya ulama harus mengeluarkan fatwanya terkait hukum pertukaran uang baru.
Mengutip di NU online terkait hukum penukaran uang yang terjadi disejumlah kota/kab di Indonesia, maka dapat dibenarkan adalah bahwa tukar menukar itu jumlah nominal yang diterima haruslah sama. “Tidak boleh, kalau menukarkan uang sebanyak satu juta ternyata yang diterima hanya sembilan ratus ribu ribu rupiah.
Kalaupun pihak yang menyediakan uang baru akan mencari hasil, maka hal itu diakad sebagai ujrah atau ongkos dari jasa penukarannya.