Lihat ke Halaman Asli

bahrul ulum

TERVERIFIKASI

Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Tolak Impor Bawang Merah

Diperbarui: 30 April 2018   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bawang Merah/Doc pikiran-rakyat.com

Statemen Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari kemarin dipublikasikan di Media Elektronik yakni Menolak Impor Bawang Merah. Sebuah statemen yang cukup berbobot tentunya, karena harga bawang merah di Brebes saja bisa memberikan kontribusi 30% untuk memenuhi stok nasional, jika dinaikkan berpotensi bisa, asalkan ada jaminan harga dan kita siap jaga kualitas. 

Kabupaten Brebes sejak dulu sudan terkenal dengan sebutan kabupaten penghasil bawang merah terbanyak di Indonesia. Mayoritasnya petani dan juga pengusaha bawang merah, wajar jika setiap hari mesti ada lahan sawah yang panen bawang merah. 

Sebagian besar lahan sawah produktif ini ditanami bawang merah, setahun saja bisa dia hingga tiga kali, bila ketersediaan airnya melimpah maka dipastikan lahan tersebut digunakan untuk tanam bawang merah, perkara rusak kualitas tanahnya akibat pestisida, bagi para petani ini masih nomor dua, bagi mereka yang penting lahan yang ditanam bisa menghasilkan sehingga tingkat kesejahteraan keluarganya bertambah akhirnya mengurangi kemiskinan. 

Jika melihat perkembangan terkini, bagi penulis potensi masyarakat untuk beralih dari Pertanian ke Sektor Jasa sepertinya masih membutuhkan proses yang cukup lama, tapi bisa berpotensi bila sektor industri yang sekarang tumbuh subur investasinya ke wilayah Brebes semakin banyak, karena lambat laun akan ada perkembangan ke arah jasa dan industri. 

Alasan penulis kenapa sektor pertanian kurang diminati, pertama, generasi mudanya untuk bercocok tanam bawang merah mulai berkurang setiap tahunnya, sebagian menganggap mencari pekerjaan di sektor pertanian sangat beresiko tinggi, terkadang modal yang diinvestasikan bisa tidak kembali sama sekali, jika harus pinjam di bank, mereka masih takut kalau nanti usah yang kedua habis lagi, bisa terjadi harta benda yang lain habis terjual untuk menutupi hutangnya. 

Alasan kedua adalah, sudah mulai banyak lahan sawah yang beralih fungsi ke perumahan dan juga bisnis property. Sehingga menutup kemungkinan spekulasi menanam lahan di kabupaten lain sangat berpotensi. 

Alasan ketiga adalah tingkat kerusakan tanah dan unsur haranya sudah semakin akut, mereka menyadari bahawa kembali ke pertanian organik jelas tidak memungkinkan, pasalnya butuh dana yang tidak sedikit dan jika mereka ingin menanam organik takut banyak hama penyakit yang merusak lahan pertanian yang ditanami. 

Alasan lainnya adalah sebaran lahan bawang merah di kab/kota lain sekarang sudah mulai meningkat, dulu kabupaten di majalengka tidak ada bawang sekarang sudah banyak yang menanam, di Kabupaten Kendal daerah Kecamatan Weleri sudah hampir semua lahannya ditanami bawang merah, belum lagi di Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan dan seterusnya. 

Menurut penulis kondisi sebaran bawang merah yang meluas menjadi kompetitor yang cukup lumayan tentunya, karena lahan mereka masih baru, unsur haranya masih bagus, jika hasil tentunya bobot dan besar tunasnya akan lebih bagus dibandingkan dengan hasil bawang merah di Brebes. 

Kata kuncinya, memang pemerintah pusat harus hadir untuk memperbaiki tata kelola bisnis bawang merah, pertama, harus mau memperhatikan stabilitas harga agar tidak terpuruk, kedua menekan harga obat pertanian karena bagi sebagian petani pengeluaran pupuk dan obat hampir separoh dari modal yang ada. 

Jika harga obat  semakin mahal maka keuntungan yang didapat tentunya semakin sedikit, itupun jika bawangnya panen, jika tidak panen maka tangisan dan kesedihan bisa menimpanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline