Sore tadi, kembali menulis rutinitas Pengajian Kitab Ihya Ulumuddin di Masjid Agung Brebes, Jawa Tengah Indonesia, dibacakan dan dijelaskan oleh KH. Subhan Makmun Pengasuh Ponpes Assalafiyah Luwungragi, dengan isi mutiara hikmah antara lain :
Nabi Muhammad SAW dalam berdoa juga wasilah kepada para nabi terdahulu, dengan harapan doanya dikabulkan. Nabi pendahulu Rosul semua hampir diberikan ujian dari umatnya, contoh Nabi Yahya, wafat di gergaji sama kaumnya, saat itu nabi Yahya bisa masuk ke batang kayu, tapi umatnya membunuhnya dengan gergaji, saat gergaji menimpa tubuhnya, tidak ada suara menjerit atau aduh sakit dll, tapi berdzikir Allah karena cintanya kepada Allah.
Begitu pula Nabi Ibrahim dibakar selama beberapa bulan dan beliau berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan perlindungan, ya akhirnya tidak terbakar oleh api.
Nabi Ibrahim pun diuji sama Allah SWT agar anaknya disembelih, namun akhirnya diganti dengan domba. NAbi Nuh dicaci maki sama kaumnya tapi tetap mencintai Allah SWT. Begitu banyak nabi yang diberikan cobaan dengan kaumnnya agar kaumnya ini mau masuk islam, namun tantangannya sangat beresiko. Nyawa menjadi taruhannya.
Segala sesuatu dalam hidup ini kita harus husnudzon kepada Allah SWT jangan suka suudzon, ketika dikasih ujian semua produk pertanian diharga murah dan jatuh terus nilai jualnua, maka kita sedang diuji akan kesabaran dan bagaimana anda mensyukuri nikmat yang diberikan.
Jangan suka mengeluh, jangan menyalahkan Allah SWT gara-gara miskin karena Allah SWT sedangkan kita tidak mau berusaha dan berdoa.
Cobaan yang bertubi-tubi diberikan di Brebes baik itu banjir atau longsor kepada orang mukmin itu bukan untuk merusak umatnya tapi apakah umatnya itu ingat akan ibadah yang diperintahkan, mungkin banyak larangan agama dilanggar karena tidak mensyukuri.
Bila adzab menimpa kita, kemudian kita merubahnya menjadi perbuatan yang baik bahkan mau dirubah ke arah yang lebih baik maka umat yang dicoba akan dinaikkan derajatnya.
Apabila kelak menemui orang mukmin tidak berupaya karena sudah pikun atau penyakit tua, maka jika waktu mudanya bagus maka akan ditulis amaliyahnya saat waktu mudanya.
Kalau mudanya ahli ngimami, ahli ibadah, ahli dalail maka akan dicatat amaliyahnya saat muda, kalau pas waktu tua pikun, rusak akalnya maka jangan suudzon kepada Allah SWT, doakan saja biar saat meninggal dalam keadaan muhlis atau husnul khotimah.
Kyai berpesan, jangan giat beribadah saat menjelang tua,tapi berusahalah beribadah saat masih muda dengan tekun dan disiplin, karena amaliyah yang kita kerjakan ini menjadi bekal hidup di akhirat kelaknya.