Lihat ke Halaman Asli

bahrul ulum

TERVERIFIKASI

Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Benarkah Keahlian Pandai Besi Semakin Langka?

Diperbarui: 3 Maret 2018   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandai Besi/Doc tuberschool.blogspot.com

Hawa panas tak terasa bila yang melakukan adalah seorang empu besi atau pandai besi. Karena kebiasaanya, ia tidak merasakan panasnya api yang menyala, dari besi peer mobil atau peer biasa bisa disulap berbagai aneka macam bentuk alat pertanian, itulah hebatnya seorang pandai besi dengan ilmunya dan ketrampilannya bisa merubah sesuatu barang biasa menjadi luar biasa. 

Bagi sejumlah petani, keberadaan pandai besi sangatlah penting, karena mereka harus membeli produk ini, sangat berbeda antara hasil pabrikan, dengan hasil olahan dari tenaga manual ini. 

Tukang besi atau pandai besi menurut wikipeda adalah orang yang pekerjaannya membuat alat-alat dari  besi  atau baja, seperti alat-alat bertani: cangkul, arit, bendho, bapang, kapak, pisau maupun senjata-senjata. Seorang tukang besi secara tradisional biasanya bertempat di dekat pasar umum atau pasar hewan, tempat berkumpulnya para petani di desa. 

Hasil Empu Besi/Doc matangjaneng.blogspot.com

Kalau di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ada beberapa desa yang membuka bisnis usaha pandai besi, dengan modal lahan yang  ukuran minimalis 4x6 meter mereka membuka usaha ini tiap hari, ada di Desa Rancawuluh, Desa Jubang yang terletak di Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, ada di dekat Pasar Bumiayu arah Kaliwas, ada di Desa Pende Kecamatan Banjarharjo dan Desa Pemaron, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes dan masih banyak desa lain yang mirip cara membuka usahanya. 

Untuk mengolah peer mobil atau peer biasa dirubah menjadi aneka produk maka seorang pandai besi  setiap harinya harus  memanaskan besi dengan cara perapian, baik dari arang kayu jati atau kayu keras lainnya, supaya panas yang dihasilkan bisa maksimal. Untuk alas ketika akan membentuk besi, digunakan paron. Selain membuat alat, seorang pandai besi juga dapat mengasah alat yang lama supaya tajam kembali.

Zaman dulu, pandai besi atau bisa di bilang empu itu sangat dihormati,karena tidak semua orang bisa melakukannya, namun seiring berdirinya pabrik pengolahan besi, akhirnya generasi empu menjadi berkurang, dan para pemakai lebih senang yang praktis, padahal secara kualitas pabrik dengan produksi buatan empu ini jauh berbeda hasilnya. 

Untuk proses pembuatannya sendiri yaitu ada 9 tahap : Tahap peleburan 2 jenis besi, Pembakaran Pembentukan ( dengan palu ), Membentuk sesuai dengan alat yang akan dibuat, Pengikiran setelah peleburan dibantu dengan alat gerinda kasar, Pengikiran dengan gerinda halus, Proses penyepuhan barang untuk siap pakai, Pembersihan dengan mesin penghalus, Pemasangan pegangan sehingga siap dipakai. 

Jual hasil karya pandai besi/Doc Yon

Bahkan ada pasar khusus menjual produk dari pandai besi. salah satu penjual muttaqin, warga kauman ini mengatakan, bahwa sudah puluhan tahun berusaha dagang alat kebutuhan petani dan juga kadang kebutuhan tukang bangunan, produk yang dijual ada dari hasil pabrikan, bahkan ada produk manual pandai besi. Pasar di kota Brebes yang menjual secara spesifik saja hanya di depan kantor Pemkab Brebes, letak juga strategis dan harga pun terjangkau kalangan petani, wajar jika lokasi ini menjadi rujukan bagi para buruh tani yang ingin membeli produknya. 

Untuk harga sebilah golok atau pisau jika dari pembuatnya berkisar antara Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu, sedangkan untuk harga pacul berbagai ukuran bisa diharga  Rp300 ribu dan Rp350 ribu setiap buahnya. Harga jual pasaran disesuaikan dengan pedagang yang menjualnya. 

Pantauan penulis saat mengunjungi pandai besi ini, jarang ditemui saat masih remaja menggantikan posisi ayahnya atau sebagai bisnis turun temurun, yang sering terjadi kalau orang tuanya yang ahli pandai besi ini sudah semakin lansia, maka usahanya tidak dilanjutkan, bahkan cenderung buruhnya yang mengikuti jejaknya ini menggantikan profesinya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline