Lihat ke Halaman Asli

bahrul ulum

TERVERIFIKASI

Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Cuaca Dingin Tetap Semangat Sekolah

Diperbarui: 22 Januari 2018   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah Walau Keadaan Berkabut dan Gerimis/Doc Foto Ria

Beruntunglah bagi anda pelajar  yang hidup di daerah pesisir utara pulau jawa, terutama saat musim penghujan tiba, cuaca paling gerimis, jalan pun datar dan kondisi lingkungan tidak begitu dingin menusuk badan. 

Namun sangat berbeda dengan kondisi pelajar didaerah pegunungan seperti pada foto diatas, tepatnya  di bumi Petungkriyono Kabupaten Pekalongan, pagi hari saat hujan turun cuaca diselimuti kabut, hawa dingin menusuk badan, saat mandi pun air terasa sangat dingin kaya es freezer, namun semangat anak-anak perungkriyono begitu luar biasa, mereka tetap berani berangkat di pagi hari dengan jalan yang naik turun, bahkan curam tanpa ada beban apapun, maju terus pantang surut untuk belajar ke sekolah. 

Penulis pernah beberapa hari, bermalam di negeri atas awan ini, merasakan sensasi yang sangat berbeda, kenapa demikian, karena saat malam hari tidak bisa tidur karena tidak biasa hidup di hawa dingin, tidur dengan jaket dan selimut saja, tetap dinginnya menusuk badan, wajar saja fisik sedikit menggigil karena hawa dingin, namun enaknya adalah tidak ada nyamuk sama sekali, dan udara saat pagi hari terasa sejuk dan segar, bahkan jauh dari kebisingan transportasi dan pengalaman ini menjadi catatan pribadi yang tak terlupakan, lokasi yang  terasa nyaman sekali. 

Jika dipantura, hawa bising dan saat tidur sudah terasa panas (sumuk), nyamuk pun berseliweran mencari mangsa darah satu hisapan, jika tidak pakai klambu, atau misalnya autan atau obat nyamuk maka tidurnya tidak terasa nyenyak. 

Anak pegunungan ini bila saat masih SD/MI dipastikan jalan dari rumah menuju sekolah atau bisa jadi orangtuanya mengantarkan ke sekolah pada awalnya, bayangkan saja jika sekolah yang dituju agak jauh dari rumahnya, maka butuh waktu beberapa menit untuk menginjakkan kakinya menuju sekolah, jika anak tersebut mengalami disabilitas, dapat anda bayangkan sendiri, betapa luar biasanya mereka ini yang penuh semangat menyekolahkan putra putrinya. 

Saat mereka usia berinjak SMP/MTS atau SMA/SMK maka orangtua di daerah ini memberikan kendaraan roda dua, memang puluhan tahun yang lalu hanya dengan  jalan kaki atau diantar orangtuanya, namun seiring perkembangan jaman akhirnya anak-anak ini menggunakan kendaraan roda duanya untuk sekolah, jika jalan kaki maka harus menempuh puluhan kilometer mereka harus mengenyam pendidikan di sekolahnya. 

Bayangkan  saja jika kondisi jalan disamping kiri kanannya adalah jurang, bukit dan jalan naik turun tidak datar, maka pelajar ini harus ekstra hati-hati saat mengemudi kendaraan sepeda motornya.

Kalau pakai angkutan umum, maka pelajar ini dipastikan terlambat ke sekolah, sedangkan kondisi sekarang teman sebayanya lebih banyak yang menggunakan sepeda motor dibandingkan naik angkutan umum, sayangnya saat naik kendaraan bermotor dominan tanpa pakai helm.

Kembali ke anak SD/MI ini, pihak orangtuanya rata-rata jika pagi merawat sapi penggemukan sehingga mereka harus berbagi peran dan waktunya untuk memastikan anaknya belajar tepat waktu dan jangan sampai bolos, wajar saja jika anak gunung ini ikatannya lebih kuat dibandingkan anak di wilayah pantura. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline