Sungguh pengalaman yang penuh sensasi dan amat langka mungkin bagi penulis, pasalnya seumur-umur ternyata bisa menggoreskan tulisan ini di suhu 5 derajat celcius. Terasa hawa dingin menusuk raga ini dan badan pun ikut menggigil, walau sudah menggunakan jaket busana muslim dan berkopyah. Namun cuaca seperti dinginnya
Saat fajar menyingsing rombonganku berangkat dari hotel sanabel menuju museum asmaul husna ini, dengan jalan saja sampai ke lokasi yang berada di pintu masuk museum asmaul Husna gate 13 Masjid Nabawi Madinatul Munawaroh. Hari sebelumnya sudah mendaftarkan ke pengelola museum asmaul husna ini. Tepat jam 09.00 Waktu Madinah, rombongan masuk sesuai biro travelnya.
Dulu sebelum tahun 2018 saat memasuki museum ini bisa bebas masuk, namun dalam awal tahun ini, bagi yang mau masuk ke area museum asmaul husna harus daftar dulu biro dengan mencantumkan berapa personil yang mau masuk ke museum ini.
Didalam museum ini guide museum menjelaskan sesuai dengan tamu yang datang, jika orang Indonesia maka guidenya adalah orang Indonesia yang bermukim di madinah atau mahasiswa yang kuliah di Universitas Madinah.
Guide menerangkan bagaimana seperti apa susunan tata surya beserta isinya, termasuk hikmah kenapa Allah menciptakan alam ini untuk makhluknya.
Guide juga menjelaskan satu persatu isi dan makna asma Allah beserta hikmahnya, dari mulai apa itu asma Allsh Al-Qudus hingga menjelaskan Adh-Dhahir, Al Bathin, Al Malik, ArRab, Al-Aliyy, Al-A'laa, Al-Muta'all dan asma Allah yang lainnya.
Beberapa jamaah juga ada yang mendengarkan secara full apa yang isi materi yang disampaikan guide, ada pula yang mengabadikan moment ini dengan ambil foto sambil selfie, bahkan mereka sengaja bawa tongsis, mereka kayaknya ga mau ketinggalan ala gaya muda aja, mereka memanfaatkan moment yang langka ini, agar tercatat dan terdokumentasi abadi dan foto atau video untuk kenang-kenangan dirumah nantinya.
Kurang lebih 45 menit pemandu ini menyampaikan apa isi didalam museum tersebut. Saat berakhir pemandu ini menyampaikan kepada jamaah untuk sabar dan bertawakal jika diberikan musibah, setiap ada masalah mesti ada solusi, begitu pula saat jamaah dicoba maka berarti akan naik derajatnya.
Ternyata menulis di suhu 5 derajat celcium benar-benar beda dengan cuaca di negaranya penulis sendiri yakni Bumi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H