Lihat ke Halaman Asli

Pernahkah?

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pernah kah?" itu yang sering kali orang tanyakan, yang kemudian di ikuti dengungan panjang dari ku, terdengar seperti kepakan dari sayap lebah yang tipis. Tak cukup satu aku mencari yang lain, lagi-lagi pertanyaan itu muncul "Pernah kah?" masih mencari kebenaran, walu dari sekian banyak orang pertanyaan itu lagi-lagi muncul, jika saja aku berkata "mereka benar" pasti selesai sudah perkara, tapi mengapa masih saja aku penasaran untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan q, jika dengan berjalan dan berkeliling masih saja kurang, maka aku akan menekan beberapa tombol untuk mendapatkan jawaban yang lain.

Kenapa masih saja belum puas , rutukku dalam hati. Tapi al hasil pertanyaan itu lagi-lagi muncul "pernahkah?" sambil memeluk guling yang entah sejak kapan telah basah dengan air mata ku, rekaman dari suara orang yang berbincang dengan ku, kembali ber dengung.

"Pernh kah?" dari satu kata itu yang kemudian menjadi banyak kalimat dari semua orang, "pernah gak sih kamu merasa bersalah dan berani mengkuinya?"

"Pernah kah?" satu lagi pertanyaan muncul "kamu rubah diri kamu sebelum menyalahkan orang lain dan keadaan?"

Masih ada banyak pertanyaan, yang sebenarnya memang salah ku, tapi tetap saja aku mencari pembelaan untuk seseorang yang pro dengan dengan ku, aku kesal kenapa sih gak ada satupun yang membela ku, rasanya sulit sekali mengakui dan berkata "Iya sih....memang aku yang salah kok" tapi tetap saja lidah dan hati ku kelu untuk mengakuinya. Karena kelelahan menangis aku pun tertidur.

Menyambut pagi, aku langsung dihadapkan oleh seseorang  yang memang bermasalah dengan ku, kesal dan tak ingin menyapa, maka kupalingkan wajah seolah tak melihatnya, berlalu seolah ku tak mengenalnya. Ada perasaan kesal yang diiringi sedih seolah kehilangan.

Beberapa jam kemudian aku kembali riang bersama teman-teman ku yang lain, sedikit kulirik ia yang diam sendirian. kutarik nafas dalam-dalam, mungkin ia kesal pada ku, dan juga bisa saja ia membenci ku dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, tapi rasa ini membuat ku sesak dan tidak bisa tidur, ucap ku dalam hati. Persis disebelah ia duduk aku mengambil posisi enak untuk memantapkan kembali niat ku.

"Soal yang kemarin, maafin gue ya.." satu kalimat yang keluar dari mulut ku, terasa seolah seluruh sistem tubuh ku kembali normal dan aliran darah ku mengalir deras diantara urat syaraf ku, lega nya........!! batin ku lagi, dia tersenyum dan melontarkan satu kalimat "Gue udah maafin lo ko"

Mungkin itu hal sepele, tapi hal itu lah yang acap kali orang sering lakukan dan mereka abaikan, mungkin karena sepele.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline