Lihat ke Halaman Asli

Metro TV Vs TV One, Stasiun TV yang Gagal Memahami Etika Jurnalistik

Diperbarui: 20 November 2015   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Terdorong oleh rasa penasaran yang mendalam saya memutuskan untuk membandingkan siaran  dua stasiun TV swasta nasional, yakni Metro TV dan TV One.

Petang ini sekitar setengah jam secara bergantian saya menyaksikan dan membandingkan berita yang disajikan oleh kedua stasiun TV tersebut.

Pertama, Metro TV secara konstan terus memberitakan dan membahas kasus Setya Novanto. Bukan hanya oleh pembawa beritanya, melainkan juga pada running teksnya. Hampir tanpa selingan.

Kedua TV One, sejak mulai mengamati hingga setengah jam kemudian, hanya sekali nama Setya Novanto disebutkan pada berita konsolidasi pertai golkar, bukan kasus pencatutan nama Presiden. Berita utamanya adalah tentang tinju, teroris ISIS, dan diakhiri dengan pantun.

Hanya bisa geleng-geleng kepala, jelas ada yang tidak wajar dari pemberitaan kedua media tersebut. Pertanyaan utama sekaligus poin pentingnya adalah apa dan bagaimana sebenarnya etika jurnalistik yang dianut dua media ini. 

Saya kembali harus malu, dan merasa tersinggung. Kami warga Indonesia bukan kumpulan orang bodoh yang Anda beri suguhan bukan berdasarkan urgensitas, dan tingkat kebutuhan, dan kemanfaatannya bagi kami. Anda memaksa kami untuk menonton informasi hanya dari perspetkif like dislike dari anda. Hanya dari untung ruginya menurut Anda.

Secara sederhana biar gampang dipahami, TV One adalah TVnya Golkar, Metro TV adalah TVnya Surya Paloh. Dunia jurnalistik adalah dunia yang tidak boleh ditunggangi oleh kepentingan individu atau kelompok.

Apa ini, apa yang kalian sajikan bagi kami. Kami merasa dihina dan dilicehkan oleh standar etika yang kalian miliki dalam menyajikan suatu informasi. TV kok kayak wayang saja, semua tergantung dalang, semua tergantung pemilik. 

Kami adalah rakyat sekaligus penonton yang punya otak, punya hati, berilah kami tontonan yang sedikit bermartabat, jangan kau perlakukan kami seperti anak kecil yang mau menerima apa saja yang kalian suguhkan.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline