Lihat ke Halaman Asli

Bidadari di Sudut Kota

Diperbarui: 25 Maret 2016   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="saat mentari pagi mulai menyelimuti Kota Karaeng"][/caption]Saat rona merah menyelimuti Makassar, di sudut-sudut kota, terlihat seorang wanita mengenakan baju putih kusut, celana panjang berbahan kain hitam, dan selembar kain biru menutupi kepala hingga dadanya,.

Wanita itu ditemani seorang gadis cilik yang usianya sekitar enam tahun. Di atas sepeda berisikan kardus dan plastik tempat minuman bekas pakai, mereka melepas tawa. Lantunan dangdut terdengar dari mulut ibu itu, sesekali matanya memandangi gadis kecil yang duduk di depanya. Sang anak pun terkadang membalas tatapan ibu itu.

Saat Azan menggema di masjid-masjid, ibu itu menghentikan ayunan kakinya tepat di depan rumah yang tak berpenghuni. Ia mengangkat kakinya yang dari tadi menempel di pedal sepeda. Lalu, kedua tangannya mengarah pada tubuh kecil yang sedang memandanginya. Saat kaki anak itu berpijak pada Tanah, sang ibu menuntun pengawal kecilnya menuju teras rumah itu.

Sang ibu mengambil kresek hitam yang tertinggal di sepedanya Lalu memasukan tangannya ke dalam kresek tersebut. Saat ia menarik tangannya, terlihat dua kain terlipat rapi berwarna putih dan cokelat. Saat menghampiri anaknya yang duduk manis serambi meneguk air putih, ia mengambil air lalu membasahi wajah, tangan, rambut, telinga, dan kakinya. Setelah itu, ia mengambil kedua kain itu dan memakainya.

Wanita tua itu menghadapkan dirinya ke barat seraya mengangkat kedua tangannya. Kalimat “ Allahu Akbar” terdengar dari lisannya. Sang anak yang sedang menikmati kesegaran air, sesekali menatap wajah ibunya dan menarik-narik kain yang menempel di tubuh wanita tua yang berdiri di dekatnya.

Saat selesai melaksanakan salat, sang ibu merapikan pakaian salatnya dan mengembalikannya ke dalam kresek. Sang ibu memegang tangan anaknya dan menuntunnya menuju sepeda yang sejak tadi berdiam diri di tepi jalan. Lalu mereka berdua melanjutkan perjalanannya.

Dimuat Juga di Web Pribadi Saya: www.penapancasila.top




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline