Lihat ke Halaman Asli

Adriansyah Abu Katili

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Sebelum Menjadi Pengabdi Tuhan Kita Harus menjadi Apa?

Diperbarui: 13 September 2024   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sholat Id di Lapangan Likada, Kabila. Sumber Gambar; Dokumen Pribadi

Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai kajian tafsir Alquran mengingat saya tidak memliki kapasitas untuk menjadi ahli tafsir. Ini lebih dimaksudkan untuk sumbangsih pemikiran setelah membaca pernyataan imam besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, yang menjadi kontroversi di media sosial di Indonesia dewasa ini.

Imam besar Masjid Itiqlal Jakarta, Nasaruddin Umar mengatakan bahwa masjid bukan hanya menjadi tempat ibadah umat Islam, tapi juga rumah besar bagi kemanusiaan. Pernyataan ini dikeluarkan sehubungan dengan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia yang salah satu agendanya adalah mengunjungi masjid terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.

Pernyataan ini menyiratkan pemikiran, bahwa masjid memiliki dua fungsi. Fungsi yang pertama sebagai rumah kemanusiaan. Fungsi yang kedua masjid sebagai tempat ibadah. Fungsi kemanusiaan dapat ditafsirkan bahwa di masjid nilai-nilai kemanusiaan menjadi salah satu prioritas. Fungsi ibadah adalah tempat Imat Islam melakukan ibadah khususnya ibadah ritual.

Tapi, mana yang terlebih dahulu perlu dimiliki oleh manusia, memiliki nilai-nilai kemanusiaan atau menjadi hamba pengabdi pada Tuhan? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita baca petikan ayat Alquran sebagai berikut:

"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)

Ayat ini jelas ditujukan kepada manusia. Manusia yang diminta menyembah Tuhan agar bertakwa. Saya memandang bahwa ayat ini bermakna bahwa kita wajib menjadi manusia dahulu sebelum menjadi penyembah Tuhan. Dengan kata lain kita harus menjadi manusia sebelum menjadi pengabdi pada Tuhan.

Namun, bukankah secara fisik kita adalah manusia? Lalu mengapa harus menjadi manusia? Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu mengetahui bagaimana Bahasa Arab membahasakan manusia. Dari literatur yang saya baca, paling tidak ada tiga kata Bahasa Arab yang bermakna manusia. Yang pertama adalah Bashar. Yang kedua Annas, yang ketiga Insan (https://jabar.nu.or.id/opini/tiga-jenis-manusia-basyar-naas-dan-insan-jjIvE). Petikan ayat di atas menyatakan Yaa ayyuhannas bukan yaa ayyuhal basahar.

Bashar merujuk kepada manusia secara fisik, yaitu makhluk yang memiliki fisik seperti kepala, badan, tangan, kaki, dan panca Indera. Bashar memiliki kualifikasi yang mirip dengan hewan. Sedangkan kata Annas sebagaimana bunyi teks Alquran di atas, bermakna senagai makhluk yang rapuh secara spiritual, penuh was-was, penuh masalah. Insan bermakna makhluk dengan nilai-nilai kemanusiaannya yang meliputi nilai spiritual dan intekektual. Dalam ayat tadi dibahsakan sebagai Annaas yang merupakan bentuk jamak dari Insan (https://jabar.nu.or.id/opini/tiga-jenis-manusia-basyar-naas-dan-insan-jjIvE).

Nlai spiritual tercermin pada sikap dan perilaku.  Banyak ayat-ayat yang menjelaskan nilai kemanusiaan, antara lain beriman dan beramal sholih, memelihara hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia, mengasihi sesama manusia, menjadi rahmat bagi alam dengan meneladani akhlak Rasulullah Muhammad SAW.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline