Lihat ke Halaman Asli

Adriansyah Abu Katili

Melukis dunia dengan kata-kata.

Monyet, Pisang, dan Buku

Diperbarui: 26 Agustus 2024   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Monyet makan pisang. Sumber gambar: diciptakan dengan bantuan copilot bing.

Kita tidak asing dengan monyet. Binatang primate mamalia itu sudah sering kita lihat. Dalam tayangan televisi kita lihat hewan ini. Di youtube hewan ini sering diunggah oleh para penyuka binatang, Anak-anak sering menontong pertunjukan topeng monyet.

Sebagai hewan monyet gemar makan. Setiap saat monyet makan. Makanan favorit monyet adalah pisang. Maka monyet akan menikmati pisang dengan lahap.

Pernahkan kita membayangkan bila seandainya kita memberikan pisang dan buku gratis, manakah yang akan dipilih monyet? Apakah monyet akan memilih buku? Apakah monyet akan memilih pisaang?

Yah, monyet akan memilih pisang. Monyet tidak akan memilih memilih buku. Mengapa? Bukankah buku berisi ilmu? Bukankah buku akan bisa meningkatkan kualitas berpikir dan pada gilirannya akan memperbaiki kualias hidup?

Monyet tidak akan berpikir sampai ke situ. Meskipun buku itu berisi, misalnya, cara membudidayakan pisang yang berkualitas, monyet tidak akan memilihnya. Dia akan tetap memilih pisang. Karena monyet tidak sadar bahwa otaknya kosong dari ilmu. Berbeda dengan peruit uang kosong. Perut kosong akan memberi sinyal dalam bentuk lapar. Sementara otak kosong tidak memberikan sinyal apa-apa.

Karena itu maka monyet akan mudah dipermainkan oleh manusia-manuisa yang licik. Manusia licik akan memperbudak monyet dalam  pertunjukkan topeng monyet. Monyet-monyet pertunjukan topeng monyet akan dilaparlkan terlebih dahulu. Kemudia diperintahkan untuk berperilaku tertentu. Bila monyet taat, maka diberi hadiah pisang. Bila monyet tidak taat, maka tidak diberi pisang.

Lain halnya bila monyet mau membaca ilmu cara menanam pisang, maka monyet-monyet akan mandiri. Dia tidak akan bisa diperbudak oleh manusia pemilik pertunjukan topeng monyet.

Di sini kita bisa mendapat pelajaran. Ilmu adalah kunci pembebasan. Maka apakah kita mau seperti monyet? Yang hanya perduli pada perut dan tidak mau perduli pada isi otak? Saatnya kita bangkit. Mari giatkan literasi ilmu.

Literasi ilmu melalui bacaan yang bermutu adalah kunci untuk peningkatan kualitas hidup kita. Kita manusia, butuh mengisi otak agar kualitas hidup kita meningkat. Agar kita bebas dari perbudakan karena ketiadaan ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline