Lihat ke Halaman Asli

Adriansyah Abu Katili

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Berdebat dengan Bahasa yang Logis dan sopan

Diperbarui: 31 Juli 2024   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar orang berdebat. Sumber gambar: https://th.bing.com/th/id/OIG3.AECxAqB1KtDNbcwVFUWF?w=270&h=270&c=6&r=0&o=5&pid=ImgGn

Berdebat adalah aktifitas verbal di mana orang saling beradu argument mengenai suatu topik. Dalam aktifitas ini setidaknya ada dua orang yang saling beradu argument. Di mana satu pihak mengemukakan argument yang disertai alasan-alasan  mengenai topik yang dibahas. Setelah itu pihak lain membantah argumen itu dengan mengemukakan alasan-alasannya.

Berdebat itu adalah hal yang biasa. Ini menunjukkan adanya aktifitas berpikir. Namun akan menjadi tidak normal bila pihak-pihak yang berdebat dengan cara yang tidak dewasa. Ketidak dewasaan itu bisa dilihat dari cara mereka menggunakan bahasa saat berdebat.

Penggunaan bahasa yang menunjukkan debat yang tidak normal itu adalah sebagai berikut:

  • Penggunaan bahasa yang emosional. Bukan emotif.
  • Penggunaan kata-kata yang kasar, tidak sopan.
  • Penggunaan bahasa yang membunuh karakter lawan debat

Yang pertama adalah penggunaan bahasa yang emosional. Bahasa yang emosional menunjukkan bahwa pembicara sedang marah. Marah itu biasanya menunjukkan ketidaksetujuan pada pemikiran lawan debat namun tidak mampu menunjukkan alasa ketidaksetujuan itu dengan logis. Akhirnya yang timbul akpresi marah.

Eskpresi marah itu ditunjukkan dengan intonasi kalimat yang cenderung tinggi. Biasanya disertai kata-kata yang meleceehkan lawan debat, misalnya, "Ah, kau itu tidak bisa berpikir logis". Atau "Kau itu salah nalar karena otakmu pendek." Kata-kata yang seperti ini bisa menimbulkan emosi lawan debat.

Yang kedua adalah penggunaan kata-kata yang kasar, tidak sopan. Kata-kata yang tidak sopan. Kata-kata yang tidak sopan itu misalnya penggunaan sapaan yang tidak cocok untuk lawan debat. Sebagai contoh, ketika pendebat menyapa dengan kata "kau" pada lawan debat yang seharusnya disapa dengan "Bapak. Ibu'. Atau gunakan kata sapaan yang bisa untuk sega;a tingkatan orang, yaitu "Anda"

Kata-kata kasar dan tidak sopan lainnya adalah ketika pendebat mematahkan argumen lawan debat dengan menggunakan kata-kata yang melecehkan kemampuan berpikir lawan debat. Kata-kata dimaksud, misalnya, "Ternyata pikirannmu sangat pendek," dan kata-kata yang sejenis.

Yang ketiga, penggunaan bahasa yang membunuh karakter lawan jenis. Ini biasanya dengan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar, yang tidak bisa dibuktikan. Atau ungkapan-ungkapan yang berbau sara. Kita masih belum lupa bagaimana seorang ketua Komnas Ham mendapat tuduhan yang berbau rasis yang diungkapkan oleh seorang ketika ketua itu mengeritik pelanggaran HAM di Indonesia.

Lantas, bagaimana seharusnya penggunaan bahasa yang normal dalam perdebatan?  Perdebatan seharusnya adalah forum untuk mencari kebenaran, bukan forum menjatuhkan lawan debat. Maka argumen-argumen yang dikeluarkan seharusnya  sangat logis. Bahasa yang logis mencerminkan kecerdasan intelektual pendebat.

Bahasa yang digunakan dalam perdebatan sedapat mungkin ilmiah di sini berarti mencerminkan alur berpikir pendebat. Maka bahasa yang digunakan sangat rasional dan mengungkapkan bukti-bukti kebenaran yang menjadi argumen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline