Lihat ke Halaman Asli

Adriansyah Abu Katili

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Universitas Ramadan

Diperbarui: 22 Maret 2024   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: bing.com


UNIVERSITAS RAMADAN

Ramadan dipercayai oleh Kaum Muslimin semagai bulan penuh berkah, penuh rahmat dan ampuna Allah Subhana Wataala. DI Bulan itu Allah menurunkan Alquran melalui Malaikat Jibril. DI bulan itu terdapat Malam Lailatiul Qadri, yakni malam yang lebih baik daripada seribu bulan. di malam itu segala ibadah dinilai berlipat ganda.

Di bulan itu kaum Muslimi menja;ankan idabah puasa sebulan penuh. Dalam berpuasa kaum Muslimi tidak makan, tidak minum, tidak melakukan kegiatan kebersamaam suami isteri di siang hari, dari sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Tidak lain tujuan ibadah itu untuk meraih predikat takwa. Setelah Ramadan berlalu, kaum Muslimin akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan melakuka Sholat Idul Fitri di lapangan terbuka maupun di masjid.

Tahukah kita, bahwa Ramadan adalah pendidikan tinggi? Ramadan dapat dianggap sebagai sebuah universitas di mana  Kaum Muslimin menjalani pendidikan tinggi demi meraih gelar Insan Muttaqin sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Alquran. Dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 183, Allah berfirman: " Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." 

Dalam ayat itu jelas bahwa tujuan akhir dari puasa di bulan Ramadhan adalah agar menjadi orang yang bertakwa. Bila ibadah Ramadan diibaratkan sebuah pendidikan universitas, maka kaum Muslimin adalah mahasiswanya. Dan Hari Raya Idul Fitri adalah upacara wisuda.

Namun sebagaimana dalam wisuda di universitas, para wisudawan juga terbagi atas tingkatan atau predikat, yaitu predita terpuji, sangat memuaskan, dan memuaskan. Dalam pendidikan di Universitas Ramadan, predikat itu, sebagaimana dikatakan oleh Al-Ghazali, terbagi atas hawasul hawas, hawas, dan awam. 

Predikat tertinggi adalah hawasul hawas, predikat terendah adalah awam. Predikat itu mencerminkan kualitas ibadah puasa seseorang. Mereka yang berpuasa dengan sangat sungguh-sungguh, bukan hanya menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, tapi juga menjaga hati dari hal yang selain Allah. 

Puasa hawas, adalah puasa yang tidak hanya tidak makan dan minum tapi juga menjaga fisiknya dari perbuatan dosa. Sedangkan puasa awam adalah puasa yang hanya menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, tapi fisiknya masih tergoda pada hal-hal yangmemancing dosa.

Pada saat Hari Raya, kita diwisuda denga predikat itu. Tapi predikat itu tidak diumumkan. Predikat itu hanya diketahui oleh masing-masing individu. Maka Hari Raya juga menjadi saat-saat untuk mengevaluasi kualitas ibadah. Bila masih kurang, maka kita berdoa agar Allah mengampuni kesalahan kita dan berhapar masih bisa bertemu Ramadan akan datang.

Demikianlah, semoga kita bisa melakukan ibadah puasa yang terbaik sesuai dengan kemampuan kita. Allah memahami keterbatasan kita dan semoga Allah menerima ibadah puasa kita dan mengampuni keterbatasan kita. Amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline