Antara Molo'opu, Mopotolungo dan Mengulungo
Kali ini saya ingin membahas dua ritual adat kebesaran Gorontalo yang berkenaan dengan kepemimpinan. Yang pertama adalah "Molo'opu". Molo'opu adalah prosesi penjemputan seorang kepala daerah, gubernur, walikota/bupati, dan camat dari rumah pribadi ke rumah dinas atau dalam bahasa daerah disebut "Yiladia", dan pelantikan secara adat. Setelah dilantik secara kenegaraan, maka seorang pemimpin akan menjalani ritual molo'opu. Dalam proses penjemputan seorang pemimpin dijemput dengan adat kebesaran Gorontalo yang dilaksanakan oleh para pemimpin adat "Bate" dan "Wu'u" beserta segenap jajarannya. Pemimpin dijemput dengan iringan puisi sakral adat yang disebut "Tuja'i" yang diucapkan secara lantang penuh hikmah oleh para pelaksana adat.
Setelah tiba di yiladia, sang pemimpin didudukkan di tempat duduk kebesaran. Kemudian proses selanjutnya adalah pelantikan adat. Pemimpin adat akan mengucapkan kata-kata pelantikan yang mengandung nasihat moral sebagai berikut:
Eyanggu,
To saati botiya,
Tau, ma tau lo Ito Eya
Tulu, ma tulu lo Ito Eya
Taluhu, ma taluhu lo Ito Eya
Dupoto, ma dupoto lo Ito Eya,
Huta, ma huta lo Ito Eya
Bo dila polulia to nafusu, Eyanggu
Terjemahannya adalah:
Tuanku,
Mulai saat ini,
Rakyat dalam kekuasaan Anda
Api dalam kekuasaan Anda
Air dalam kekuasaan Anda
Angin dalam kekuasaan, Anda
Tanah dalam kekuasaan Anda
Tapi jangan memperturutkan hawa nafsu, Tuanku
Tujai di atas bermakna bahwa pemimpin yang sedang dito'opu memiliki kekuasaan besar terhadap rakyat dan segaala elemen alam yang disebutkan itu. Namun kata-kata pelantikan itu ditutup dengan peringata sekaligus nasehat agar pemimpin tidak memperturutkan hawa nafsu. Memperturutkan hawa nafsu artinya berlaku sewenang-wenang dan salah satunya adalah korupsi.
Kemudian para pemimpin adat memberikan petuah (tahuda) berganti-ganti. Salah satunya adalah:
Rukunu Isilamu to talu
Lipu pe'ihulalu
Yang bermakna:
Dengan prinsip rukun Islam
Bangunlah negeri ini