Lihat ke Halaman Asli

Adriansyah Abu Katili

Melukis dunia dengan kata-kata.

Meninjau Perilaku Narsis dengan Kacamata Buku "The Heart of Man" Karya Erich Fromm

Diperbarui: 16 Februari 2024   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

NARSISISME SUMBER BENCANA

MENINJAU PERILAKU NARSIS DENGAN KACAMAT BUKU THE HEART OF MAN KARYA ERICH FROMM

Adriansyah A. Katili

adriansyahkatili@ung.ac.id

Kata narsis akhir-akhir ini boleh dibilang sangat popular di media sosial seperti Facebook. Pengguna media sosial sering memajang foto mereka dengan gaya tertentu, lalu memberi caption “narsis”. Namun bagaimana sebenarnya narsis itu? Essay singkat ini mencoba meninjau perilaku ini denhgan kacamata buku yang berjudul the Heart of Man.

Buku the Heart of Man adalah salah satu buku karya monumental seorang filsuf manusia, Erich Fromm. Buku ini telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan judul yang sama oleh Hari Taqwan Santoso dan diterbitkan oleh penerbit Ircisod pada tahun 2019.

Buku ini bagi saya, dan mudah-mudahan juga pembaca, sangat menarik karena membicarakan efek negatif salah satu gangguan prikologis manusia, narsisisme.narsisisme, menurut buku ini, gangguan ini sangat berbahaya bagi kemanusiaan terlebih bila menimpa.

APAKAH NARSIS ITU?

Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang bahaya narsisisme , lebih dahulu saya membahas hakekat narsisime. Narsisisme berasal dari mitologi Yunani Kuno. Dalam mitologi Yunani Kuno, dikisahkan tentang seorang pemuda. Pemuda yang dianggap tertampan di seantero Yunani. Suatu hari dia sedang asyik duduk santai di tepi danau. Danau itu berair bening jernih dan dikelilingi pemandangan alam yang indah. Saat memandang ke air nan jernih itu, tiba-tiba Narsis memandang bayangan wajahnya sendiri. Bayangan wajah seorang lelaki tampan, Narsis terpesona pada ketampanan wajahnya sendiri. Berhari-hari dia terpana di situ, asyik mengagumi wajahnya sendiri. Lupa makan, lupa segalanya. Penguasa alam murka, lalu mengutuk pemuda itu menjadi sejenis bunga yang hanya tumbuh di tepi danau. Bunga itu kemudian dinamakan narsis. Kemudian nama narsis disematkan oleh psikolog terkenal beraliran psikoanalisis, Sigmund Freud, kepada mereka yang mengagumi dirinya sendiri secara berlebih-lebihan. Jadi narsis adalah nama perilakunya sedangkan gangguan kejiwaan diberi nama gangguan kejiwaan diber nama narsisisme.

Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menganggap dirinya yang terhebat. Mereka lalu menjadi anti kritik, selalu menganggap dirinta yang benar. Orang lain dianggapnya salah selalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline