Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

Penulis, Editor Video, Graphic Designer

Menguak Makna Empat Macam Sembah dalam Perspektif Orang Jawa

Diperbarui: 29 Juni 2024   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sembah

"Mangkene menggah terangnya, tumanjane sembah kang catur warni, mring trape sajuru-juru, kapisan sembah rasa, kang kapindho sembah cipta aranipun, tri sembah jiwa ranira, kaping pat sembah ing dhiri."

(Demikian penjelasannya, perihal sembah yang empat macam, mengenai perinciannya sebagai berikut, pertama sembah rasa, yang kedua sembah cipta, ketiga sembah jiwa, keempat sembah raga).

 [Serat Mudha Karana: Pupuh Pangkur, Pada 6]

BERDASARKAN Kamus Sansekerta-Indonesia yang disusun oleh Dr. Purwadi, M. Hum dan Eko Priyo Purnomo, SIP, kata sembah memiliki makna sembahyang. Sembah juga memiliki makna laku spiritualnya manusia yang menggunakan tuntunan  (pedoman) dan tatanan (aturan) guna mencapai kemanunggalan kosmis antara aku (jagad kecil/mikrokosmis) dan Ingsun (jagad besar/makrokosmis).   

Bagi orang Jawa, manusia yang ingin mencapai kemanunggalan kosmis harus bisa mengamalkan empat macam sembah, yakni: sembah rasa, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah raga. Agar bisa melaksanakan empat macam sembah, manusia harus terlebih dahulu memahami maknanya. Di sini diharapkan agar lakunya sembah tidak terjerumus atau terlepas dari maksud dan tujuannya.


Sembah Rasa

Setiap manusia yang mengamalkan sembah rasa harus bisa mengendalikan empat macam nafsu, yakni: supiyah, aluamah, amarah, dan mutmainah. Mengendalikan nafsu supiyah, artinya manusia jangan terlalu memanjakan hasrat berahi yang dapat menjerumuskan ke dalam jurang kesengsaraan. Mengendalikan nafsu aluamah, artinya manusia jangan suka makan dengan melampaui batas yang menyebabkan sakit dan malas bekerja. Mengendalikan nafsu amarah, artinya manusia jangan suka meliarkan angkara- murkanya yang menyebabkan ketidakwaspadaan dalam hidup. Mengendalikan nafsu mutmainah, artinya manusia jangan suka sok suci yang menyebabkan dijauhi oleh kerabat dan tetangga kiri-kanan.        

Selain itu, manusia yang mengamalkan sembah rasa harus selalu mengupayakan agar hati tetap tentram setiap harinya. Karena dengan tentramnya hati, manusia bisa merasakan jernihnya suasana di dalam hati. Ketika suasana hati terasa jernih, manusia akan bisa waspada terhadap apa yang tampak di kiri-kanannya. Dengan kewaspadaan, manusia akan mendapatkan petunjuk dari Tuhan yang menyebabkan hidup selamat dari kendala dan marabahaya.


Sembah Cipta

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline