Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

Penulis, Editor Video, Graphic Designer

Sum /4/

Diperbarui: 21 Juni 2024   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://medanheadlines.com/2018/12/27/nestapa-si-gadis-desa/

Dipenuhi keingintahuan tiada tara akan isi di dalam kardus, aku bergegas ke dapur. Mencari pisau kecil yang selalu digunakan Bulik Rinten untuk mengiris bawang merah, bawang putih, dan cabe. Sesudah mendapatkannya, aku kembali ke ruang tamu. Membedah isi kardus besar berlakban.

Jantungku berdegup kencang ketika menyaksikan isi kardus itu. Tidak aku duga kalau Bulik Rinten membelikanku pakaian baru. Beberapa potong baju, t-shirt, sweater, bawahan, dan daleman. Dalam hati aku berdoa, "Semoga Bulik makin bertambah rezekinya. Terima kasih, Bulik. Terima kasih."

Dengan semangat 45, aku meraih t-shirt warna putih yang masih terbungkus plastik. Sesudah membuka bungkusnya, aku melangkah cepat menuju almari kayu berkaca oval. Aku kenakan kaos bertuliskan "Original" di bagian dada. Betapa aku dibuat pangling dengan diriku. Aku merasa lebih cantik dari sebelumnya.

Mendadak aku kepikiran Sarno. Pacarku yang sesudah aku meninggalkan kampung belum pernah bertemu. Mungkin ia mencari-cari kemana keberadaanku. Sebab sewaktu aku pergi tak sempat pamit dan memberitahukan ibu tiri dan saudara tiriku. Rasanya aku ingin menemuinya dengan mengenakan T-Shirt putih yang melekat di tubuhku. Ia pasti pangling dan semakin mencintaku. "Ah, Sarno. Suatu saat nanti, kita pasti ketemu...."

Terlalu jauh aku hanyut ke dalam lamunan. Hingga tak sadar bila Bulik Rinten yang belanja ke pasar sudah pulang. Tanpa aku sadari, ia sudah berdiri di sampingku. Dengan wajah berbinar, ia memandangku.

"Mengenakan T-Shirt itu, kamu tampak lebih cantik. Kamu suka dengan seluruh pakaian yang aku belikan padamu, Sum?"

"Sangat suka. Makasih banyak ya, Bulik."

"Sama-sama, Sum." Bulik Rinten tampak mengingat-ingat sesuatu. Wajahnya sedikit tegang. "Oh ya, Sum. Aku ingat. Sebentar."

Bulik Rinten meninggalkanku. Tak lama kemudian, ia kembali dengan membawa bungkusan tas kresek putih yang berisi alat make-up. Aku tahu itu alat make up karena sering melihat ibu tiriku memakainya. Terlebih sesudah ayahku meninggal tertabrak truk.

"Seperangkat alat make up ini aku beli untukmu, Sum. Pakailah! Biar wajahmu tidak tampak kusam. Biar matamu tampak bersenar. Hidungmu biar tampak mancung. Pipimu jadi merona. Bibirmu tidak kering."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline