Kesadaran Diri Menggunakan Medsos
"Menghadapi tantangan teknologi modern dengan bijaksana, penuh kesadaran. Menjadi teladan bagi banyak orang yang ingin menemukan keseimbangan dalam bermedsos"
Penadebu@Puasa media sosial, sebagai fenomena yang semakin popular. Puasa media sosial adalah praktik mengurangi atau bahkan menghindari penggunaan platform media sosial selama periode waktu tertentu. Tujuan dari puasa ini bervariasi, tetapi seringkali meliputi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mental. Hal ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada teknologi, atau bahkan mendekatkan diri pada spiritualitas. Terlebih saat menjalankan ibadah puasa seperti sekarang ini.
Percaya atau tidak, sering kali kita Ketika mulai bermain asyik dengan gawai kita terklik gambar, video yang seharusnya tidak ditonton. Mau ditonton membuat penasaran. Ujung-ujungnya dintip-ngintip, akhirnya..ya gitu. Mau dilewatkan barang bagus. Tidak dilewat berseliweran di dinding kita.
Puasa media sosial sebagai langkah positif untuk mengembalikan keseimbangan dalam kehidupan digital. Dengan semakin banyaknya waktu yang dihabiskan di platform-platform tersebut, puasa media sosial menawarkan kesempatan untuk merefleksikan kebiasaan penggunaan teknologi yang mungkin berlebihan.
Salah satu manfaat utama dari puasa media sosial adalah meningkatkan kesehatan mental. Dengan mengurangi paparan terhadap konten yang memicu stres, perasaan tidak kuat, atau komparasi sosial, individu dapat merasakan peningkatan dalam kesejahteraan psikologis mereka. Ini juga dapat mengurangi gejala kecanduan media sosial yang semakin umum, seperti kegelisahan dan depresi.
Selain itu, puasa media sosial dapat membuka pintu untuk menemukan kegiatan yang lebih bermakna atau produktif. Tanpa tergantung pada pembaruan terus-menerus dari berbagai platform, individu dapat menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal seperti membaca, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman.
Namun, ada juga beberapa kritik terhadap puasa media sosial. Beberapa berpendapat bahwa ini hanya menangani gejala dari masalah yang lebih besar, yaitu ketergantungan pada teknologi. Tanpa benar-benar mengatasi akar masalah. Selain itu, bagi beberapa orang, terutama mereka yang bergantung pada media sosial untuk pekerjaan atau komunikasi sosial, puasa semacam itu mungkin tidak praktis atau memungkinkan.
**
Amir, Jaya, Nanda, dan Sabrina adalah empat teman yang saling terhubung melalui berbagai platform media sosial. Mereka adalah bagian dari generasi yang terus terhubung secara digital. Mereka mulai menyadari bahwa ketergantungan mereka pada media sosial mulai mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
Amir adalah seorang pekerja kantoran yang selalu sibuk dengan tumpukan pekerjaan. Dia juga menemukan dirinya terperangkap dalam lingkaran tak berujung melalui gulungan berita media sosial. Setiap kali dia mencoba fokus pada pekerjaannya, notifikasi dari platform-platform tersebut selalu mengalihkan perhatiannya.
Jaya adalah seorang mahasiswa seni yang sebenarnya ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk berkarya. Dia menemukan dirinya terjebak dalam pola membandingkan karyanya dengan orang lain di media sosial. Setiap kali dia mencoba untuk menggambar atau melukis, dia merasa tidak aman dengan karya-karya teman-temannya yang tampaknya lebih populer atau dihargai.
Nanda adalah seorang atlet yang menemukan bahwa media sosial memengaruhi kinerjanya di lapangan. Dia sering kali tergoda untuk memeriksa feednya saat dia seharusnya beristirahat atau berkonsentrasi pada latihan, yang akhirnya memengaruhi performanya.