Oleh: Penadebu
Berlian mutiaraku, hari ke delapan sudah mulai menggeliat, ada rasa jenuh yang bergelanyut di sekujur tubuhnya. Hari ini libur sekolah, masuk sekolah sehabis lebaran hari raya.
"Ini tidak libur, bapak, tetapi belajar di rumah," Ungkap anak gadisku yang mulai menginjak remaja.
Wajah tenang, kadang selalu banyak mengorbankan dirinya terhadap orang lain. Kadang makanan di dapur tahu tahu hilang karena selalu berbagi dengan teman-temannya. Ketika ibunya bertanya sambil lirih dia berkata, "Sudah Adik makan bersama teman-teman Ibu, saat ngaji tadi."
Perasaannya yang super halus, tidak bisa dikasari sama sekali. Apalagi salah terapi bisa sakit hati. Adik tumbuh sebagai gadis remaja. Wajahnya polos ada segurat cantik manis budi dan bijaksana. Hari ke delapan. Sudah katamkan 1 juz tadarusnya, mau mengejar katam Alqur` an berikutnya.
"Hari ini mengerjakan tugas di rumah sehabis itu, harus setor tugas tepat pukul 11.00. apabila lewat jam tersebut dianggap tidak masuk, Bapak."
"Terus bagaimana, dik? Mending sekolah saja daripada bolak balik rumah-sekolah saat puasa malah tidak konsen?"
"Iya, bapak, tetapi bagaimana, jika disuruh begitu."
"Ya mending, kosentrasi di ibadah puasanya, biar adik jangan sampai mokel (putus di tengah jalan) puasanya?"
"Insha allah tidak bapak, sayang puasa, putus di tengah jalan. apalagi sudah menginjak hari ke delapan. Putusnya puasa, karena tanpa sebab yang jelas andai disaur puasa 2 bulan masih belum kurup."
Puasa adalah bulan yang penuh dengan banyak manfaat dan kebaikan, tetapi juga dapat menjadi bulan yang penuh dengan tantangan. Salah satu tantangan yang paling umum adalah kejenuhan dalam berpuasa.