Lihat ke Halaman Asli

Membaca Al-Qur'an di Kompasiana

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari ini saya lebih banyak membaca daripada menulis. Kemarin, sewaktu pulang dari menjemput istri, saya dan istri mampir dulu ke Mizan. Di sana lagi ada bazar buku. Saya membeli dua buku: Al-Qur'an Kitab Zaman Kita dan Sejarah Bangsa Israel. Sesampainya di rumah, saya membaca beberapa halaman Al-Qur'an Kitab Zaman Kita yang merupakan karya Syaikh Muhammad Al-Ghazali. Salah satu alasan saya membeli buku karya beliau adalah kekaguman saya terhadap beliau, bahasa yang enak mengalir, dan mengangkat realitas masyarakat muslim zaman sekarang sehingga bahasannya up to date. Kembali lagi pada aktivitas membaca, saya menyimak beberapa tulisan yang bergizi di kompasiana. Yaitu tentang Al-Qur'an. Beberapa di antaranya saya sebutkan di sini: 1. Mengenal Seluk Beluk Al-Qur'an Menurut pengakuan penulisnya, tulisan ini merupakan ringkasan dari buku Ushul fi Tafsir karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, salah seorang ulama besar Arab Saudi. Salah satu hal yang menarik yang terdapat dalam tulisan itu ketika membahas tentang definisi Al-Qur'an. Menurut si penulis Al-Quran bisa bermakna sebagai objek (membaca) dan subjek (mengumpulkan). Bermakna sebagai objek (membaca), Al-Quran selalu dibaca orang dari masa ke masa. Sedangkan sebagai subjek, Al-Qur'an bermakna mengumpulkan perintah dan larangan, kisah-kisah tentang para Nabi dan Rasul, kabar gembira dan ancaman, dan seterusnya. 2. Berita dari Saudi Ketika Si Bintang Al-Qur'an Meraih Sanad Rasulullah Tulisan ini sedikit membedah isi buku. Yaitu membahas salah seorang penghafal Al-Qur'an, Faris Jihady Hanifa, yang telah memperoleh sanad dari seorang ulama Arab Saudi, Syaikh Hasan Awajiy (peraih sanad urutan ke-30). Oleh karena itu, Faris berhasil meraih sanad yang ke-31. Apa itu sanad? Menurut yang saya pahami, sanad adalah urutan-urutan perawi yang bersambung kepada Rasulullah. Seperti misalnya si fulan A meriwayatkannya dari si fulan B, si fulan B meriwayatkannya dari si fulan C, dan seterusnya hingga bersambung kepada Rasulullah. Ilmu sanad seperti ini belum saya temukan dalam agama lain. Kata Abu Ali Al Jiyyaniy, sanad merupakan salah satu kelebihan umat dibanding umat yang lain. Sanad merupakan jejak-jejak kemurnian agama ini. Sangat salah ketika saya membaca tulisan salah satu kompasianer yang mengatakan bahwa sanad itu tidak penting, yang penting substansinya. Padahal sanad itu merupakan bagian dari substansi. Bila, misalnya, sanad sebuah hadits dhaif meskipun substansinya diterima, tetap saja hadits tersebut tidak dapat dijadikan sumber hukum halal dan haram. Yang diambil dalam hal ini adalah hadits yang bersanad shahih. Seluruh hadits bersanad shahih, substansinya diterima, sedangkan yang bersanad dhaif belum tentu karena banyak yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadits yang lebih kuat darinya. 3. Mengenal Sisi Lain Al-Qur'an Tulisan ini membahas tentang i'jaz (mukjizat) Al-Quran yang diangkat oleh salah seorang penulis Mesir, yakni Abdurrazaq Nawfal. Salah satu i'jaz Al-Qur'an menurur Nawfal adalah keseimbangan jumlah kata yang sama dan saling berlawanan, seperti misalnya isalnya kata ‘hayat’ (hidup) dan ‘maut’ (mati) masing-masing sejumlah 145 kali, ‘har’ (panas) dan ‘bard’ (dingin) masing-masing sebanyak empat kali, ’shaif’ (musim panas) dan ’syita’ (musim dingin) juga masing-masing tertera sebanyak satu kali. Begitupun dengan kata-kata yang bermakna sama (sinonim) juga berkeseimbangan. Seperti ‘harts’ dan ‘zira’ah’ (bertani) masing-masing sebanyak 14 kali, ‘ushb’ dan ‘dhurur’ (angkuh/sombong) sebanyak 27 kali dan beberapa kata lainnya. Begitu juga dengan jumlah kata-kata yang mengandung hubungan ’sebab akibat’ ternyata juga menunjukkan keseimbangan, Misalnya ‘fahisyah’ (kekejian) dan ‘ghadhb’ (kemurkaan) masing-masing disebut sebanyak 26 kali.Selain pola keseimbangan itu, dalam Al Quran juga ditemui pola keseimbangan khusus. Contohnya, kata ‘yaum’ yang berarti hari disebut sebanyak 365 kali, kata hari yang berarti lebih dari satu/jamak (ayyam dan yawmayni) tertulis sebanyak 30 kali dan kata ’syahr’ yang berarti bulan terdapat 12 kali. Di dalam buku Al-Qur'an Kitab Zaman Kita dibahas beberapa pemikiran yang menyimpang dari Ir. Abdurrazaq Nawfal. Misalnya ketika Abdurrazaq Nawfal mengatakan bahwa batu bara dan minyak berasal dari tulang-belulang hewan dengan mengemukakan ayat, "Dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kehitam-hitaman." (QS. Al-A'la: 4-5) Ayat tersebut dijadikannya sebagai dalil bahwa minyak dan batu bara berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, yang menurut Syaikh Muhammad Al-Ghazali, pembicaraan seperti ini sulit dimengerti dan berlebihan. Jadi, dalam hal ini kita tetap harus kritis terhadap kajian-kajian seperti ini. Akal kita harus terbuka dari kebenaran. Jangan sampai terbelenggu olehnya sehingga kita tidak mampu menangkap pesan yang sesungguhnya dari ayat-ayat Al-Qur'an. Untuk membahas masalah ini, saya sudah menulis sebuah artikel: Menafsirkan Al-Qur'an dengan Pendekatan Sains dan Teknologi. Sebenarnya ada beberapa artikel lain tentang Al-Qur'an yang telah saya baca, tapi tampaknya waktu sudah mendekati shubuh. Insya Allah, kapan-kapan saya membahasnya lagi di sini. Saya tutup dengan "Shadaqallahul Azhim - Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline