Lihat ke Halaman Asli

Mandiri Ekonomi Bersama Pesantren Rakyat

Diperbarui: 10 September 2015   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdirinya pesantren haruslah ada pengaruh atau memberikan dampak nyata terhadap masyarakat sekitar. Tidak hanya urusan keagamaan semata, namun lebih dari itu pesantren juga memiliki andil untuk mengambil bagian dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Sehingga jamaah yang miskin itu terberdayakan (Jawa: kopen). Karena apa gunanya rajin ibadah tetapi melihat tetangga kanan kirinya tidak bisa makan, ekonominya lemah, dan punya tanggungan hutang tetapi diam saja. Melihat fenomena tersebut, Pesantren Rakyat melakukan berbagai bentuk pemberdayaan salah satunya kegiatan di bidang pengembangan ekonomi. Salah satunya memodali usaha tanpa jaminan, seperti membentuk Kelompok Usaha Mandiri (KUM), pedagang kaki lima, produksi susu kedele, tahu, home industry pande besi, kripik belut, jamur, singkong, tempe, rengginang, gaplek singkong, perajang tembakau, pembuat pelet ikan, batako dan kolam renang. Dampak dari peningkatan ekonomi kreatif ini dapat menyerap banyak tenaga kerja dan mengurangi bahkan menghapus tuntas angka pengangguran.

Selain bentuk permodalan usaha di atas, Pesantren Rakyat juga memberdayakan melalui pertanian, peternakan dan perikanan. Di bidang pertanian, sudah memiliki roda tiga, mesin bajak, alat penggiling sendiri (Dors) masuk melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan). Ditambah lagi setiap Kamis kliwon siang da program “beras jimpitan” di mushola Al Amin. Sehingga zakat ke masyarakat miskin tidak menunggu hari raya idul fitri dan dampaknya tidak ada masyarakat yang miskin sampai tidak bisa makan.

Di samping itu, seluruh masyarakat sekitar Pesantren digalakkan penanaman sayur organik, pisang kavendis, pepaya, dan tanaman obat keluarga (TOGA) di depan-depan rumah, pinggir sungai irigasi dan di lahan-lahan kosong milik jamaah sampai pada pembuatan pusat pembibitan. Gerakan pengembangan tanaman organik ini selain dapat dikonsumsi sendiri, dijual, khususnya bahan-bahan bumbu dapur maupun sayuran bisa menghemat pengeluaran sehari-hari dan dialihkan untuk kebutuhan yang lain. Sampai-sampai tukang sayur dan penjual bumbu masak (mlijo) tidak ada yang masuk kawasan Pesantren Rakyat ini. Hal ini juga berfungsi untuk memberikan pengetahuan bahwa dengan menanam sayur dan TOGA, disamping lebih hemat secara ekonomis dan mandiri juga agar tidak ada lahan-lahan yang dibiarkan tidak bermanfaat.

Sedangkan di bidang peternakan, ada budidaya jangkrik yang meliputi 10 orang dalam 1 bulan rata-rata 13 kwintal yang dapat menyuplai kebutuhan di splendid. Ternak kambing sekitar 7 orang, ternak ayam petelor/kampung, memiliki jamaah yang terjun di karambah di bendungan sutami 10 orang, pemancingan ikan patin, pembibitan mujaer, pembesaran lele dan koi dan sudah bisa menerima pemesanan bibit ikan mujaer, dan lain sebagainya. Dalam budidaya ini, masyarakat di samping diberi pinjaman modal juga dibekali dengan pelatihan-pelatihan pemahaman usaha yang dijalani dan pelatihan manajemen keuangan kerjasama dengan LPPM dan El Zawa UIN Maliki Malang. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline