Tak terasa hampir 3 tahun pandemi tak kunjung beranjak dari bumi pertiwi. Tiga tahun pula aku tak bisa sungkem dengan orangtua secara langsung di kampung halaman. Sebuah konsekuensi yang harus dibayar oleh para pejuang rupiah di tanah rantau.
Selain rajin menyisihkan uang, aku juga senantiasa rajin menabung rindu jauh dari orangtua dan sanak saudara.
Berada di jarak yang jauh dari keluarga kadang membuatku merasa lebih cemas. Bagaimana tidak? Kita tentu tahu, potensi kejadian yang tidak disangkal itu akan selalu ada termasuk kejadian yang tidak diinginkan. Keadaan itu pun juga tak bisa kita atur ataupun prediksi sebelumnya. Tuntutan pekerjaan yang membuatku tak bisa pulang sewaktu-waktu makin membuat rasa khawatir seringkali menyelimuti batin. Hal itu pula yang membuatku tak ingin absen berbincang dengan ibuku setiap hari melalui genggaman seluler.
Pelajaran Berharga
Halo nduk, ibu kena Bell's Palsy...
Terkadang Tuhan memberikan pelajaran berharga melalui teguran yang datang tiba-tiba. Pagi itu ada panggilan masuk dari ibu. Perasaanku mulai tidak enak karena biasanya ibu hanya telefon di malam hari. Dan benar, sebuah peristiwa tak diinginkan pun terjadi. Ibuku mengalami Bell's Palsy :(. Rasanya ingin sekali pulang merawat ibu di rumah. Tapi ikatan kerja tak membiarkanku pergi mengikuti suara hati.
Bell's Palsy merupakan kondisi dimana sebagian saraf wajah mengalami kelumpuhan yang menyebabkan terganggunya gerak dan fungsi pada otot wajah. Jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi yang lebih serius. Saat itu nampak ibuku mengalami kesulitan menggerakkan sebagian wajahnya, mulai dari menutup sebagian mata hingga kesulitan mengunyah. Aku sendiri tak tega melihat kondisi ibu saat itu.
Tanpa berfikir panjang ibu langsung dibawa ke Rumah Sakit guna mendapat penanganan langsung dari dokter. Kurang lebih selama 3-4 bulan ibu harus rutin mengunjungi dokter spesialis syaraf di Rumah Sakit. Tak ayal banyak tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan demi pemulihan ibu. Syukurlah, semangat ibu untuk pulih dari Bell's palsy dapat mempercepat perbaikan kondisi ibu.
Kondisi kesehatan ibu yang membaik berbanding terbalik dengan kondisi keuanganku yang memburuk karena belum siap dana cadangan untuk keadaan darurat seperti itu. Alhasil tabungan yang telah terkumpul berbulan-bulan terkuras untuk pengobatan ibu. Sebenarnya ibu juga tidak ingin dibiayai olehku. Namun, saat kondisi jauh dan tangan tak bisa merangkul beliau rasanya baktiku sebagai anak harus dipertanyakan. Secara nurani, tidak akan ada anak yang rela melihat orangtuanya menderita tanpa memberi sumbangsih apapun terlebih saat raga tak dapat menjangkau.