Lihat ke Halaman Asli

Vicky Saa

Mahasiswa Ilmu Sejarah

Berkreasi Bersama Jurnalisme Berkebangsaan

Diperbarui: 16 April 2023   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Jurnalisme berkebangsaan? Avaan, tuh?

Akhirnya, nggak kerasa jurnalisme berkebangsaan batch 8 udah hampir usai. Rasanya tuh bahagia banget ikut menjadi bagian dari jurnalisme berkebangsaan batch 8. Ada banyak hal baru yang didapat mulai dari teknis-teknis menulis ala jurnalis, cara menjadi blogger atau story telling yang baik dan juga yang paling penting lagi adalah bagaimana cara kita menekuni menulis karena menulis itu bukan hanya karena bakat, melainkan karena berlatih, berlatih dan berlatih.

Eh, jangan lupa tentang bertemu teman baru, juga tim diskusi yang sangat menarik. Teman-teman yang kece dan penuh aneka ragam pemikiran meskipun perbedaan lingkungan sekolah. Tak lupa juga tentang keramahan kakak=kakak Kompas Gramedia yang ramah dan selalu hangat serta terbuka untuk ditanyai segala hal yang belum dipahami. Nggak bakal nyesel, deh.

Kegiatan jurnalis emang nggak sekadar menulis, melainkan juga wadah aspirasi pemikiran banyak orang. Jadi, secara pribadi sendiri,- aku merasa bersyukur karena udah didaftarin Bu Guru buat ikut kelas ini. Awalnya aku cuma bisa ngarang cerpen, puisi atau yah, novel yang nggak ada yang tamat. Tapi setelah aku ikut Jurnalisme Berkebangsaan, aku mulai bisa masuk buat nyusun opini, artikel dan esai dimana meskipun pengen aku kasih ke beberapa redaksi, tapi aku belum berani karena nggak pede. Sama takut ditolak juga, ding!

Menarik banget!

Sedikit cerita, nih. Sejak kecil, aku udah hobi baca beraneka macam buku. Entah karena aku punya DNA buku atau gimana, aku baca buku tuh,- nggak lama. Kalau novel-novel Wattpad versi bukunya, aku biasa baca sekitar satu jam aja. Paling lama itu, ya, dua setengah jam kalau tebelnya 300-an halaman. Ketika kelas 5 SD, aku baca buku tebal Bapakku yang berjudul Baitun Nubuwwah : Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW karangan dari HMH. Al-Hamid Al-Husaini yang tebalnya sekitar 1100 halaman. Itu adalah rekor baca terlama karena butuh waktu seminggu buat selesai baca dan memahami.

Bagi aku, buku itu sahabat sejatiku. Dia selalu menghibur aku, dan nggak segan-segan ngasih saran meskipun harus muterin otak karena di dunia ini nggak semuanya secara tersurat. Yah, kalau inget-inget betapa susahnya aku baca buku dulu karena pinjam sana-sini terus direlain beli buku bekas karena ekonomi carut-marut, aku punya tekad. Aku bakalan jadi penulis, terus punya penerbit buku sendiri, ngadain gratis buku bagi anak jalanan dan anak-anak kalangan bawah, dan bisa menginspirasi orang lain buat merubah negara ini menjadi lebih baik.

Kayak kampanye aja, omong doang jalan belum tentu.

Eh, malah meluber kemana-mana. Hehe...

Mengikuti kegiatan jurnalisme berkebangsaan itu beneran menarik. Serius, nggak cuma disuruh iklanin doang. Kan aku kenal Kompasiana lebih dekat juga dari Jurnalisme Berkebangsaan. Apalagi disuruh nulis kayak gini, terus dibaca banyak orang. Kalau nggak ada challenge, sih, aku nggak berani nulis karena jelas minder banget. Karena dorongan Berkreasi, akhirnya aku berani nulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline