Siti,
Malam ini saya begitu cemas. Melihat kebebasan yang Diumbar seperti nafsu. Baju yang penuh cipratan darah tetap saja dipakai. Kemerdekaan mulai kehilangan makna. Dan kata-kata mulai tak memiliki arti.
Demokrasi kini mengalami kesepian dan pancasila macet di tengah kobaran kebencian dan dendam. Kemana kaki ini akan saya ayunkan, siti? Jika gang-gang sempit dan jalan-jalan protokol penuh dengan panflet yang aku tak tahu dari mana asal usulnya.
Siti,
Izinkan aku berlabuh di rumahmu. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Bercerita tentang kisah masa lampau yang ber-genre melankolis. Waktu begitu cepat, siti. Dan aku ingin menjadi tua lalu mati di pelukanmu.
Meski akhir-akhir ini aku sering mencemaskanmu, lalu bertanya-tanya apakah saya bisa menjamahmu dengan perasaan? Sementara aku tak mau membawamu pada kehidupan yang keras dan kejam ini.
Siti aku merindukanmu.
-wfi-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H