Lihat ke Halaman Asli

Satu Rasa Beda Cinta

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah sudut jalan kecil yang sempit disanalah semuanya bermula, tempat dimana aku memulai kehidupan baruku setelah takdir merenggut semuanya dariku secara perlahan.

Sebut saja "Emak", Sesosok wanita paruh baya yang kesehariannya menjual makanan-makanan ringan dan beberapa gorengan yang dilengkapiya, dialah orang pertama diluar dari keluarga besarku yang rela mengulurkan tangannya untukku setelah melihat aku terjatuh yang mungkin saat itu hampir tak berdaya karena kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupku.

Risih dan malu itulah awal yang aku rasa saat aku mulai diajak beranjak masuk jauh lebih dalam untuk mengenal sisi kehidupan keluarganya emak, memang bukan suatu hal yang baru untukku mengenal keluarganya emak, karena sebelumnya aku memang pernah tahu dan mengenal keluarga itu karena beberapa anaknya adalah teman mainku pada saat itu, lalu dengan hangatnya mereka menyambutku, memudahkanku untuk saling mengenal satu per satu tentang karakter dan keseharian keluarga emak termasuk emak sendiri.

Hari demi hari terus kulalui dengan bayang-bayang keluarga emak yang begitu cepatnya melekat dipikiranku, mungkin hanya akhir pekan saja waktu yang aku habiskan tidak bersama keluarga emak karena diakhir pekan itu aku sisipkan waktuku untuk menemui keluarga besarku disuatu kota yang tidak terlalu jauh jaraknya dari ibukota, yang salah satunya adalah adik kandungku ia masih bersekolah dan saat ini tinggal bersama pamanku.

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun aku sudah sangat dekat dengan keluarga emak, sampai salah satu anaknya emak sudah mengangap aku seperti kakanya sendiri, hampir tak ada sedikitpun perbedaan yang emak berikan kepadaku dan anak-anaknya, dari apa kita yang makan, perhatian yang diberikan, sampai kasih sayang yang tercurah dan aku amat berterima kasih padanya, tapi keadaan menyadarkanku tentang suatu hal, "sebaik-baiknya emak kepadaku, tetap tidak akan pernah melebihi rasa kasih sayang emak kepada anak-anaknya" dan sebaliknya "sebaik-baiknya emak pula kepadaku tetap tidak akan pernah bisa merubah atau bahkan melebihi rasa kasih sayangku kepada kedua orang tuaku", yang saat ini berada jauh disana, disuatu tempat ciptaan tuhan yang paling indah.

Indah dan menyenangkan yang aku rasakan, seperti ada ranting-ranting yang patah dan kini tumbuh kembali walaupun dengan akar yang berbeda. Tersirat dalam hati kecilku, kelak entah kapan akan kubalas budi baik keluarga mereka selama ini, yang telah menyelamatkan tumbuhan liar yang hampir mati dan kini tumbuh mempesona dengan segala keindahannya.

_Terima Kasih atas Cinta dan Harapanmu_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline