Lihat ke Halaman Asli

Kontradiksi dalam Sistem Ekonomi Kapitalisme

Diperbarui: 23 Desember 2016   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: metrobali.com

Ringkas kapitalisme adalah sistem dimana segelintir orang yang memiliki modal (kapital) memonopoli (menguasai) alat-alat produksi (pabrik, tambang, mall, bank, dan tanah dll), mengeksploitasi pekerjanya (buruh) dengan upah yang rendah, serta bergerak atas dasar demi keuntungan.

Pertentangan pokok dalam sistem ekonomi kapitalisme dengan demikian bukanlah pertentangan antara perusahaan negeri (semacam BUMN) dengan perusahaan-perusahaan swasta, melainkan dengan para pekerjanya sendiri. Mengapa demikian?

Dapat kita contohkan secara umum misalnya, seorang buruh yang bekerja dalam sebuah pabrik selama 8 jam, walau pada kenyataannya banyak yang bekerja lebih dari ketentuan tersebut. Namun gajih (upah) yang diterima tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya secara dasar (Primer) seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Padahal, buruh tersebut sudah menghabiskan baik dari segi waktu, tenaga dan fikirannya dalam satu pabrik tersebut.

Sedangkan dalam menjalani serta mempertahankan kehidupannya, kebutuhan primer merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat di negosiasikan, itu artinya kebutuhan primer memiliki kedudukan yang strategis. Maka ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, sudah dapat dipastikan akan menimbulkan suatu masalah dalam kehidupannya. Ini lah penyebab lahirnya kemiskinan yang kemudian menimbulkan kesengsaraan dilingkaran para pekerja/buruh.

Lalu mengapa pengusaha (pemodal) memberikan upah yang rendah? Jawaban pengusaha biasanya adalah karena mengalami kerugian atau juga karena krisis yang sedang melanda.

Lalu mengapa hal seperti kerugian atau krisis tersebut terjadi?

Kita akan memuali pembahasan dari soal kerugian. Kerugian, secara umum dapat disebabkan karena hasil produksi atau barang yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan mengalami penurunan dalam hal penjualan. Penurunan ini dikarenakan tidak lakunya atau minimnya konsumen yang membeli barang tersebut. Hal tersebut membuat hasil produksi tadi menumpuk digudang. Karena tidak laku maka, secara otomatis modal atau biaya produksi yang sudah dikeluarkan tidak kembali. Disitulah kemudian pengusaha mengalami kerugian, namun kerugiannya hanya terletak pada biaya produksi yang tidak laku tadi, tidak secara keseluruhan.

Dari kerugian-kerugian inilah kemudian cikal bakal krisis terjadi. Kerugian yang terus menerus, mengakibatkan terkumpulnya (terakumulasinya) produk yang kian lama kian menumpuk dan banyak, yang kemudian fenomena ini disebut over produksi. Maka tidak heran kemudian di mall-mall atau dipusat perbelanjaan kita sering mendengar istilah diskon besar-besaran atau istilah cuci gudang.

Lalu apa sebabnya produk-produk tersebut tidak laku di pasaran? Tidak lain adalah karena menurunnya daya beli masyarakat, diakibatkan oleh rendahnya upah kerja yang diterima. Siapa masyarakat tersebut, tidak lain adalah buruh, petani, nelayan, kaum miskin kota yang merupakan kelompok mayoritas dalam masyarakat.

Maka, memperluas pasar (ekspansi) kemanapun tujuannya, antar Negara atau antar benua sekalipun, yang namanya kerugian, over produksi sampai pada munculnya krisis ekonomi akan terus menjadi fenomena yang terus terjadi selama upah buruh belum mampu mencukupi kebutuhan dasarnya (primer). Ini adalah kontradiksi yang ada didalam system ekonomi kapitalisme.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline