Lihat ke Halaman Asli

ESPN: PSSI Salah Satu Organisasi Paling Kacau Di Dunia

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

"...one of the most chaotic associations in the world."

Begitu penggambaran ESPN mengenai kisruh PSSI (Sumber: Indonesian Turmoil Nears An End). Menyedihkan sekali sepakbola Indonesia dibahas media olahraga ternama di dunia, namun dari sisi prestasi negatifnya. Liputan ESPN mengenai sepakbola Asia tanggal 11 Desember ini memang fokus membahas kisruh sepakbola nasional. Mulai Nurdin Halid hingga kematian Diego Mendieta dan rencana keputusan FIFA untuk memberi sanksi pada hari Jumat nanti.

"Not any longer. A FIFA ban for the country is set to be announced on Friday."

Opini yang berkembang mengenai sanksi FIFA sangat beragam, termasuk di antaranya yang setuju PSSI dibekukan statusnya; tentu dengan harapan hal tersebut akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Sanksi yang berujung prestasi pernah dialami oleh Garuda Indonesia. Tahun 2007-2009 maskapai kebanggaan Indonesia dilarang terbang di wilayah Uni Eropa akibat kecelakaan penerbangan yang memang marak terjadi di Indonesia. Namun pada akhirnya sanksi tersebut membuat Garuda Indonesia berbenah, dan berujung pada prestasi "The Best International Airline" oleh Roy Morgan. (Sumber: Garuda Kembali Meraih Penghargaan Dunia)

Tapi sanksi tentu merugikan. Sepakbola tidak semata permainan di lapangan hijau, ada banyak kepentingan publik yang menyertainya. Ini bukan sedang bicara politik. Ada uang yang berputar dalam bentuk bisnis sepakbola, dan ada prestasi (kebanggaaan) juga. Jika tujuan utama sepakbola hanya sebagai olahraga, maka seharusnya Liga Sepakbola Indonesia dibuat tanpa hadiah karena yang diincar hanya keringat (kesehatan) dan dihuni oleh pesepakbola amatir (tidak dibayar).

ESPN mengingatkan PSSI pernah 'dimanja' oleh FIFA. Ketika itu Nurdin Halid masih bisa mempertahankan kekuasaannya meski menjalani masa tahanan. Tentu hal tersebut berujung buruk, yang paling parah adalah korupsi yang merajalela. Pada akhirnya seleksi alam suporter sepakbola seluruh Indonesia yang turun tangan dan memaksa agar Nurdin lengser.

Kesalahan suporter pada saat itu adalah terlalu fokus pada Nurdin Halid: yang penting PSSI bersih dari antek Nurdin halid. Padahal mencari orang-orang yang layak mengisi kursi-kursi di PSSI jauh lebih sulit lagi. Karena kita tahu, kekuasaan bisa membuat orang jujur jadi egois. Seperti ditulis oleh ESPN, potensi kegagalan reformasi PSSI itu langsung terlihat dari terpecahnya suara suporter ketika pelatih timnas Alfred Riedl (yang disukai pemain & suporter) dipecat.

"It can't go on like this - two leagues, two national teams, fan violence, corruption, corruption and corruption"

Perpecahan sepakbola Indonesia adalah akibat korupsi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan untuk menghentikan pemberian dana APBD untuk klub-klub sepakbola karena berpotensi disalahgunakan tanpa ada pertanggungjawabannya. Ketika klub-klub itu mengaku kesulitan untuk mandiri sepenuhnya, muncul ide membentuk kompetisi baru yang diisi klub-klub baru (non-APBD). Tidak lama berselang, liga dan klub-klub baru ini yang diakui PSSI. Perpecahan pun terjadi, apalagi melihat Liga baru tersebut ternyata tidak sepenuhnya mandiri. Akhirnya ada dua liga, bahkan sampai ada dua timnas.

IPL menuding klub dan pemain ISL adalah pendukung budaya korupsi. Wacana berkembang hingga menyulut konspirasi: kekalahan Timnas 3-0 oleh Malaysia adalah akibat beberapa pemain disuap untuk mengalah. Kubu ISL menyerang balik dengan mengungkit kekalahan 10-0 dari Bahrain. Kekalahan tersebut memang sangat mencurigakan sebab Bahrain butuh kemenangan dengan selisih gol minimal 9 untuk lolos ke babak selanjutnya. Bahkan FIFA sampai turun langsung melakukan penyelidikan.

"...his death made the world aware of what is going on in Indonesia."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline